SEMARANG –  PT Pertamina (Persero) akan menanam 6.000 mangrove  di Desa Tambakrejo, Kelurahan Tanjung Mas, Semarang Utara pada tahun ini sebagai bagian dari program CSR bidang lingkungan. Penanaman ini akan menambah jumlah mangrove yang ditanam Pertamina dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir sebanyak 116 ribu mangrove.

Andar Titi Lestari, Area Manager Communication & Relation Pertamina Marketing Operation Region IV, mengatakan  berkat dukungan masyarakat yang tergabung dalam kelompok Camar, keberhasilan hidup mangrove yang ditanam mencapai 90 persen, dengan tinggi mencapai 3 meter.

“Kunci keberhasilan penghijauan pesisir Tambakrejo dari keuletan para penggiat lingkungan yang merupakan warga masyarakat setempat,” kata Andar, Rabu (6/9).

Abrasi yang menyebakan banjir rob di Desa Tambakrejo, Kelurahan Tanjung Mas, Semarang Utara, Jawa Tengah telah menggerakkan semangat warga yang tergabung dalam kelompok Camar untuk melestarikan lingkungan pesisir.

Selama tujuh tahun, kelompok Camar beranggotakan 10 orang, bergelut menghidupkan kembali ekosistem di pesisir pantai utara Semarang, dengan menanam mangrove. Kegiatan mereka diawali dengan penghijauan kawasan pesisir yang didukung  Pertamina melalui program CSR pada  2010.

Kelompok Camar sejak tujuh tahun lalu melakukan penanaman, perawatan, monitoring serta pembibitan mangrove.

Kelompok Camar yang dibina Pertamina ini memiliki kesamaan visi dalam upaya melestarikan lingkungan.

“Kami ingin mengembalikan desa kami seperti dulu, menjadi desa pesisir yang sejuk dan tidak lagi terendam rob”, kata Juraimi, Ketua Kelompok Camar saat ditemui di Tambakrejo.

Upaya Kelompok Camar menghijaukan kawasan pesisir kini tampak hasilnya. Hutan mangrove yang membentang sepanjang 1,5 kilometer sampai bibir pantai tumbuh lebat. Kawasan mangrove pun telah menjadi tujuan wisata bagi warga setempat maupun desa lainnya.

Ekosistem mangrove, tidak hanya memberikan manfaat bag lingkungan, tetapi juga telah memberikan dampak ekonomi bagi anggotanya.

Dari kegiatan  pembibitan mangrove, mereka menyediakan jasa penjualan bibit baik sistem putus maupun paket. Penjualan bibit sistem paket adalah menjual bibit sekaligus menanam, merawat dan memonitor selama satu bulan dengan harga Rp 3000 per bibit. Setiap tahun mereka bisa menghasilkan 50.000 bibit.

“Hasilnya tidak banyak, tetapi bisa menjadi sambilan bagi kegiatan kami sebagai nelayan,”kata Juraimi.

Ke depan,  Juraimi berharap hutan mangrove Tambakrejo bisa menjadi kawasan ekowisata, dengan penambahan faailitas pendukung. Dia berharap akan ada program CSR untuk  pengembangan wisata berbasis lingkungan di tempat tersebut.

“Kami mendukung upaya masyarakat menjadikan Tambakrejo sebagai kawasan wisata, namun demikian fokus program CSR kami tidak hanya di Tambakrejo saja,”kata Andar.

Pada 2017 Pertamina fokus pada 11 lokasi yang menjadi sasaran program CSR di wilayah Jawa Tengah dan DIY, untuk bidang lingkungan, kesehatan, pendidikan dan pemberdayaan masyarakat, dengan total anggaran program mencapai Rp 4.9 mili

ar setahun.(AT)