JAKARTA – Sejak diberikan rekomendasi ekspor pada 19 Februari 2018, realisasi ekspor konsentrat PT Freeport Indonesia (PTFI) hingga April sudah mencapai 305.900 ton. Freeport mendapatkan kuota izin ekspor sebesar 1.247.866 ton untuk periode satu tahun.

“Hingga April jumlahnya 305,9 ribu atau kira-kira 24% dari total kuota yang kami dapatkan,” kata Tony Wenas Executive Vice President and Director Freeport Indonesia saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Kamis (24/5).

Total ada tujuh negara yang menjadi tujuan ekspor Freeport yang kontrak pengelolaan tambang Grasberg, Papua akan habis pada 2021. “Korea, Jepang, India, Filipina, China, Spanyol, Bulgaria,” tukasnya.

Berdasarkan data perusahaan, sejak diberikan rekomendasi pada 19 Februari, negara tujuan ekspor didominasi negara-negara Asia. Tujuan utama ekspor konsentrat Freeport adalah ke Jepang dengan total volume hingga April mencapai 104.500 ton. Disusul China dengan total konsentrat yang sudah diterima sebesar 88 ribu ton, Korea Selatan sebesar 44 ribu ton kemudian konsentrat juga diserap di India 36.400 ribu ton, Spanyol 22 ribu ton dan Bulgaria sebesar 11 ribu ton. Tinggal Filipina yang belum tersalurkan.

Tony mengatakan rekomendasi ekspor kembali diberikan pemerintah karena adanya progress pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter). “Progress pembangunan smelter bisa memenuhi syarat Permen ESDM,”  papar dia.

Freeport telah menyelesaikan beberapa tahapan dalam proses pembangunan seperti telah selesaikan feasibility study (FS) kemudian izin lingkungan penguasaan lahan di Gresik, Jawa Timur.

“Design awal dengan teknologi proses Mitsubishi selesaikan peninggian lahan 3,5 meter,” kata dia.(RI)