JAKARTA-Kenaikan produksi gas dari Blok Matindok di Sulawesi Tengah dan Blok Subang di Jawa Barat yang dikelola oleh unit operasional PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero), ikut mendorong peningkatan produksi gas bumi nasional pada Juli 2017 menjadi 7.781 juta standar kaki kubik per hri (MMSCFD) atau 212 MMSCFD lebih tinggi dibandingkan Juni 2017. Produksi gas Pertamina EP naik 30,46 MMSCFD dari sebelumnya 1.024,26 MMSCFD menjadi 1.054,82 MMSCFD.

Ego Syahrial, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan selain dari dua blok migas yang dikelola unit operasional Pertamina EP, faktor lain yang mendorong kenaikan produksi gas bumi nasional adalah kenaikan produksi dari ENI Muara Bakau sebesar 192,39 MMSCFD menjadi 450,90 MMSCFD atau naik sebesar 258,51 MMSCFD.

“Kenaikan produksi berasal dari ConocoPhillips Grisisik Ltd sebesar 153,49 MMSCFD karena penyerapan optimum oleh konsumen,” ujar Ego di Jakarta.

Ego menjelaskan, terdapat 10 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang menyumbang 80,38% dari produksi gas nasional pada Juli 2017. Kesepuluh KKKS tersebut adalah produksi terbesar dari Total E&P Indonesie, BP Berau, Pertamina EP, ConocoPhillips Grissik, ENI Muara Bakau, Joint Operating Body (JOB) Pertamina – Medco Tomori Sulawesi, PetroChina International (Jabung), Premier Oil Natuna Sea, Medco E&P Natuna, dan Kangean Energy Ind.

Hingga 14 September 2017 (nett), data rata-rata produksi tahunan gas nasional sebesar 7.606 MMSCFD. Angka ini mencapai 96,61% atas target Work Plan and Budget (WP&B) pada 2017.

“Kami optimistis akan bisa melampaui target yang ditetapkan dalam WP&B Tahun 2017,” ujar Ego seperti dikutip laman Kementerian ESDM. (dr)