JAKARTA –  Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)  memprioritaskan sejumlah metode untuk mendongkrak produksi minyak, i seperti perawatan sumur, work over atau dengan melakukan pengeboran sumur-sumur baru.

Ego Syahrial, Direktur Jenderal  Migas Kementerian ESDM,  menyatakan perawatan terhadap sumur-sumur yang telah ada serta pencarian cadangan melalui pengeboran sumur baru merupakan cara paling ampuh jika memang ingin meningkatkan produksi dalam periode waktu sekarang ini.

“Kalau kita bicara dalam tatanan nasional yang menambah produksi itu menambah titik serap itu berarti drilling. Jika diurutkan skala prioritas pertama adalah penambahan titik serap, work over atau kerja ulang,” ungkap Ego saat ditemui di Kementerian ESDM,  Senin (14/7).

Untuk saat ini pengeboran sumur baru dianggap sebagai bukan pilihan utama.  Pasalnya dengan harga minyak yang masih rendah,  kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) menahan diri untuk melakukan pengeboran baru.

Menurut Ego,  cara lain yakni dengan metode Enhance Oil Recovery (EOR) juga tidak akan maksimal. Apalagi metode EOR memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda tergantung dari kondisi lapangan itu sendiri. EOR tidak dapat diandalkan untuk menambah produksi melainkan hanya untuk menahan laju penurunan produksi.

“EOR bisa mempertahankan produksi tapi skalanya tidak besar sangat spesifik tidak semua lapangan bisa menerapkan,” ungkap dia.

EOR sendiri adalah metode pengurasan sumur minyak dengan menggunakan beberapa cara seperti air, gas ataupun bahan kimia. Tidak setiap KKKS bisa melakukan metode ini, selain karena dipengaruhi lapangan sumur itu sendiri tetapi juga pengembangannya membutuhkan dana besar.

Pemerintah sudah sejak tahun lalu menggodok adanya regulasi khusus yang mengatur pelaksanaan EOR oleh KKKS. Namun hingga sekarang belum ada tanda-tanda penerbitan regulasi tersebut.

Hingga saat data Kementerian ESDM menunjukkan baru ada beberapa blok saja yang menerapkan metode EOR seperti Lapangan Kaji, Widuri, Minas, Tanjung dan Limau dengan total potensi produksi sebesar 105-.250 barel per hari (bph).

Menurut Ego,  meskipun saat ini masih digodok, regulasi  EOR dibutuhkan untuk  bisa mendorong KKKS melakukannya.

“Masih berproses (permen) jika tiba saat harga minyak nanti kompetitif untuk dilakukan EOR permen sudah siap,” kata Ego.(RI)