JAKARTA – PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum mengklaim tetap akan menerima keuntungan dalam lima tahun pertama menjadi pemegang saham mayoritas PT Freeport Indonesia. Sumber keuntungan berasal pola kerja sama yang disepakati antara Rio Tinto sebagai pemilik hak partisipasi sebelumnya di Tambang Grasberg dengan Freeport-McMoRan Inc.

Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Inalum, mengatakan meskipun tidak mendapatkan setoran dividen di dua tahun pertama, yakni 2019 dan 2020, Inalum tetap akan mendapatkan pemasukan lain.

Untuk bisa menguasai total 51,2% saham Freeport Indonesia, Inalum harus membeli PI Rio Tinto yang dikonversi menjadi saham sebesar 40%. Kesepakatan tersebut berat, namun akhirnya Inalum berhasil. Ini pun ditambah dengan kesepakatan Inalum tetap meneruskan pola kerja sama Rio Tinto dan Freeport. Kerja sama itu membuat Rio Tinto mendapatkan jatah dari hasil Tambang Grasberg.

“Beda dong participating interest sama saham. Saham lebih berharga. Kami bisa menukar 40% saham tanpa uang, tapi mereka minta caranya satu itu. Kita ada perjanjian Rio Tinto yang eksisting sampai 202, itu tetep yang berlaku. Itu jadi salah satu perjanjian,” papar Budi saat ditemui di Gedung DPR Jakarta, Selasa (15/1).

Menurut Budi, jumlah penerimaan dalam empat tahun ke depan diperkirakan sebesar US$1, 8 miliar, jauh lebih besar dari penerimaan di 2018 yang hanya US$180 juta.

“Rincian penerimaannya 2019-2020 nol, 2021 dan 2022 masing -masing sekitar US$470 juta dan 2022 ada tambahan metal strip setara dengan US$ 900 juta, Total US$1,8 miliar,” ungkap Budi.

Rendi Achmad Witular, Head of Corporate Communication Inalum, mengatakan Inalum tidak mendapatkan dividen pada dua tahun pertama, namun akan menikmati keuntungan setelah dua tahun berjalan.

“Iya tidak dapat dividen. Tapi dapat metal strip jatah Rio Tinto. Jadi 2021 dapatnya dari dividen dan hak Rio Tinto,” tandas Rendi.(RI)