JAKARTA – Pembentukan induk usaha (holding) BUMN migas dengan menggabungkan PT Perusahaan Gas Negara Tbk dan PT Pertamina Gas (Pertagas) di bawah PT Pertamina (Persero) merupakan jalan keluar untuk bisa mewujudkan target Rencana Umum Energi Nasional hingga 2025, di antaranya sebanyak 4,7 juta sambungan rumah tangga baru, 6.302 kilometer pipa hilir, dan 5.437 kilometer pipa hulu.

Gigih Prakoso, Direktur Utama PGN, mengatakan dengan tuntasnya pembentukan holding migas, di mana Pertamina bertindak sebagai induk perusahaan, menjadikan strategi memperkuat sektor energi nasional perlahan diwujudkan.

“Dengan ada induk Pertamina, entitas usaha milik negara di sektor energi bisa diharmonisasi,” kata Gigih, Kamis (8/11).

Dia mengatakan pemanfaatan gas bumi belum optimal dikarenakan manajemen rantai pasok yang masih lemah. Terlebih, bagi entitas usaha milik negara dengan beberapa korporasi pelat merah yang bermain di sektor yang sama.

Hal ini membuat pengelolaan dan pelayanan dari entitas milik negara menjadi tidak maksimal. Akibatnya, infrastruktur dan harga tidak merata, terutama bagi segmen industri yang masih membutuhkan penyangga dari sisi pasokan bahan bakar.

Di sisi lain, infrastruktur gas  yang juga terpisah-pisah menimbulkan kondisi yang tidak ideal bagi penguatan sektor energi nasional, terutama bagi penguatan industri nasional dengan mamanfaatkan gas bumi yang merupakan kekayaan alam Indonesia.

Menurut Gigih, pembentukkan holding BUMN migas adalah langkah maju dalam mengurai problematika tata kelola gas nasional.

“Lebih maju dari sekadar sinergi BUMN, untuk sektor energi, pemerintah menyusun langkah maju untuk pembentukan holding migas,” kata Gigih dalam keterangan tertulisnya.

Dia menambahkan paling konkrit, holding migas akan meningkatkan utilisasi infrastruktur dan memperkuat rantai pasok. Infrastruktur PGN dan Pertagas menjadi satu, seperti pipa transmisi atau distribusi. Itu bisa lebih meningkatkan utilitas serta efisiensi bagi operasional keduanya.

Dengan terintegrasinya infrastruktur PGN dan Pertagas, secara langsung subholding gas ini menguasai lebih dari 96% portofolio hilir gas. Dengan kekuatan tersebut, pelayanan gas bumi untuk semua segmen bisa dinikmati rakyat dari Aceh hingga Papua

“Pada akhirnya, visi masa depan adalah menjadikan PGN sebagai pemain bisnis gas yang berskala global, dengan terlebih dulu memperkuat bisnis gas di dalam negeri,” tandas Gigih.(RI)