JAKARTA – Hampir satu tahun proses negoisasi perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia berlangsung. Salah satu poin utama yang menjadi tantangan dalam proses negosiasi adalah pembahasan divestasi saham Freeport yang menjadi syarat wajib dari pemerintah Indonesia jika perusahaan asal Amerika Serikat itu masih mau mengeruk kekayaan tembaga dan emas di bumi Papua hingga 2041.

Holding BUMN tambang yang dipimpin PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum sebagai induk holding yang ditunjuk pemerintah melakukan akuisisi saham Freeport hingga mencapai 51% mengakui menemui jalan terjal alias kesulitan untuk menjalankan amanah tersebut.

Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Inalum, mengatakan proses divestasi saham Freeport menjadi yang tersulit yang pernah dilakukan. Proses transaksi harus melalui tiga tahap negoisasi terpisah yang akhirnya nanti menjadi satu kesatuan kesepakatan.

“Ini salah satu transaksi tersulit yang saya sebagai bankir 25 tahun rasakan. Ini salah satu aset terbesar Indonesia, tambang terbesar di dunia kedua, setelah di Chile, dan tambang emas terbesar di dunia,” kata Budi di Jakarta, Senin malam (4/6).

Menurut Budi, pendanaan transaksi yang dibutuhkan untuk divestasi kali ini juga menjadi salah satu yang terbesar yang pernah dilakukan. Hal ini juga ditambah dengan keunikan proses transaksi yang biasanya sudah terjadi lebih dulu, baru disiapkan dana. Namun kali ini pendanaan terlebih dulu disiapkan baru kemudian proses transaksi dilakukan.

“Ini adalah salah satu transaksi agak unik. Biasanya terjadi dulu baru dapat komitmen pendanaan. Sekarang ini bisa tegas komitmen pendanaan sudah tinggal transaksi terjadi. Pendanaan dari konsorsium bank-bank sudah siap, tinggal transaksi terjadi,” ungkap dia.

Poin kesulitan utama yang dihadapi holding BUMN tambang adalah negoisasi dilakukan tidak hanya dengan Freeport-McMoRan Inc sebagai pemilik Freeport Indonesia, namun juga dengan Rio Tinto, pemilik hak partisipasi 40% tambang Grasberg yang rencananya akan dikonversi menjadi saham.

“Sulit atau nggak? Sulit, karena bukan hanya dengan Freeport, tapi juga Rio Tinto. Ada participating interest. Ada dua periode 2018-2021, lalu 2021-2041, jadi banyak (pembahasan),” ungkap Budi.

Namun demikian Budi menjamin perkembangan proses negosiasi sampai sekarang masih sesuai rencana.

“Kalau Inalum, lebih baik transaksi benar dari pada terburu-buru tapi tidak bagus. Perbankan lebih konservatif, saya takutnya bicara sesuatu tidak bisa dicapai tidak bagus juga. Major milestone sudah dilakukan,” tandas Budi.(RI)