SIDRAP – Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap akan bertambah seiring rencana pemerintah untuk langsung menggarap tahap kedua pembangkit listrik bertenaga angin pertama di Indonesia tersebut.

PLTB Sidrap tahap 1 mulai dioperasikan secara komersial pada tahun ini.

Erwin Jahja, Direktur Utama PT Binatek Reka Energi, mitra lokal UPC, pengembang PLTB Sidrap, mengungkapkan pembahasan ekspansi PLTB Sidrap sudah hampir rampung dilakukan bersama dengan pemerintah. Pembahasan terbilang cepat karena dilakukan paralel dengan proses pembangunan PLTB Sidrap tahap pertama.

“Kami lagi dalam proses. Ya mudah-mudahan dalam waktu dekat lah (konstruksi),” kata Erwin saat ditemui di komplek PLTB Sidrap, Sulawesi Selatan, Selasa (3/7).

Menurut Erwin, salah satu pembahasan dengan pemerintah adalah terkait masalah harga jual listrik yang akan dijual ke PT PLN (Persero). Namun dipastikan harganya akan jauh lebih rendah dibanding PLTB Sidrap tahap pertama yang sebesar US$ 7 sen per kWh.

UPC yang bertindak sebagai kontraktor menyanggupi untuk menjual listrik dengan harga yang jauh lebih murah dengan catatan kapasitas listriknya juga besar tidak jauh berbeda dari Sidrap tahap I

“Sudah dibawah harganya yang sekarang, dibawah US$ 7 sen lah. Insya Allah masih sesuai sama keekonomian kami, dengan catatan harus punya kapasitas yang besar juga. Kalau  kecil tidak bisa,” papar Erwin.

Dia menambahkan, untuk PLTB Sidrap II rencananya akan memiliki kapasitas sebesar 65 MW dengan investasi sekitar US$ 100 juta. Selain itu , pembangunan bisa dieksekusi cepat karena ketersediaan infrastruktur. Karena itu jika pembahasan harga bisa selesai dan dilanjutkan dengan Power Purchase Agreement (PPA) pada tahun ini, Sidrap II bisa selesai pada 2019.

“Cepat kok (pengerjaannya), setahun juga bisa, kan sudah ada infrastruktur. Kalau tahun ini mulai dikerjakan, tahun 2019 selesai,” kata Erwin.

Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, mengakui pembicaraan intensif masih dilakukan dengan pihak pengembang dalam ekspansi PLTB Sidrap. Saat ini harga jual listriknya sudah mengerucut di angka US$ 6,8 sen per kWh.

Murahnya harga listrik dari Sidrap II nanti lantaran ketersediaan infrastruktur penunjang pembangunan.

“Kenapa yang Sidrap I US$ 11 sen per kWh, karena Infrastruktur mulai dari dermaga Jetty dibikin sendiri, jembatan saja ada berapa yang diperbaiki. PLTB Jeneponto juga begitu kalau yang kedua (Sidrap II) enggak perlu bikin begituan, jalan enggak perlu bikin, tanah juga,” ungkap Rida.

Pihak UPC juga menawarkan penggunaam baterai pada pengmbangan PLTB Sidrap, sehingga listrik yang dihasilkan akan lebih stabil.

“Itu akan dilengkapi baterai juga, tidak hanya yang kedua tapi semua. Artinya delivery ke PLN makin bagus,” kata Rida.

Dengan adanya penggunaan berbagai teknologi terbaru diharapkan pengembangan EBT juga akan semakin murah dan masif. Sehingga target peningkatan penggunaan EBT di masa datang dalam energi mix juga bisa terwujud.

“Kalau PLTB kapasitas ditargetkan mencapai 800 MW sampai 2027,” tandas Rida.(RI)