JAKARTA – PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), emiten jasa tambang, memperkirakan pendapatan tahun ini akan sama seperti raihan 2015 sebesar US$500 juta. Eddy Purwanto, Direktur Keuangan Delta Dunia, optimistis perseroan mencapai target tersebut lantaran hingga 2019 perseroan sudah mengantongi kontrak sebesar US$1,6 miliar.

Menurut dia, eksisting kontrak tersebut berasal dari sembilan perusahaan besar di Indonesia, di antaranya PT Adaro Indonesia, PT Berau Coal, dan PT Kaltim Prima Coal (KPC).

“Dua perusahaan kontraknya baru didapat pada tahun 2015, yaitu Sungai Danau Jaya dan Tadjahan Antang Mineral (TAM). Saat ini perseroan juga sedang menjajaki kemungkinan untuk mendapatkan kontrak baru,” ujar Eddy usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Rabu (15/6).

Eddy menekankan, pihaknya juga tetap menjaga hubungan kerja sama dengan cara tidak melakukan renegosiasi kontrak lama walaupun harga batu bara sudah naik. Perseroan baru mempertimbangkan renegosiasi kontrak jika harga batu bara mencapai US$60 per ton.

“Produsen dengan biaya produksi yang rendah akan terlebih dahulu meraih keuntungan disaat harga batu bara mulai pulih,” ungkapnya.

Pada 2015, produksi Delta Dunia mencapai 300 juta ton. Hingga tiga bulan pertama 2016 perseroan mencatat produksi sebesar 70 juta ton.

Pada 2016, perseroan menganggarkan belanja modal sebesar US$80 juta -US$120 juta. Dana yang sudah terserap hingga kuartal I 2016 sebesar US$3 juta. Penggunaan belanja modal tersebut mayoritas adalah untuk mengganti alat-alat berat serta perawatan alat produksi.(RA)