JAKARTA – PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), perusahaan kontraktor jasa tambang, menargetkan produksi batu bara milik klien sebesar 45 juta-50 juta ton hingga akhir 2017, naik dibanding realisasi produksi tahun lalu 35 juta ton. Untuk volume pemindahan lapisan tanah penutup (overburden removal) ditargetkan ebesar 300 juta bank cubic meter (bcm).

Hingga tiga bulan pertama tahun ini produksi batu bara milik klien Delta Dunia telah mencapai 10,2 juta ton, naik 30,7% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 7,8 juta ton. Untuk volume overburden removal mencapai 83,2 juta bcm, naik 35,9% dibanding periode yang sama 2016 sebesar 61,2 juta bcm.

Produksi batu bara Delta Dunia berasal dari tambang yang dikelola anak usaha perseroan, PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA). Klien utama perseroan yang telah menjalin kontrak kerja jangka panjang di antaranya adalah PT Berau Coal, anak usaha PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU); PT Adaro Indonesia, anak usaha PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Kideco Jaya Agung yang rata-rata kontraknya baru berakhir pada 2018-2019.

Seiring dengan kenaikan target operasional, perseroan juga menargetkan peningkatan kinerja keuangan. Pada tahun ini, Delta Dunia menargetkan meraih pendapatan sebesar US$700 juta-US$750 juta.

“Target pendapatan tahun ini naik 14,56 -22,74 % dari pendapatan akhir 2016 sebesar US$611 juta,” kata Eddy Purwanto, Direktur Keuangan Delta Dunia di Jakarta, Selasa (23/5).
Selain didorong peningkatan kinerja operasional, kinerja keuangan perseroan akan terangkat harga batu bara yang lebih baik tahun ini. Harga batu bara sepanjang tahun lalu berhasil menembus ke level US$100 per metrik ton. Harga kembali fluktuatif pada tahun ini berkisar US$70-US$80 per metrik ton.
“Peningkatan harga batu bara berdampak pada kinerja selama kuartal I 2017 dengan membukukan kenaikan laba bersih yang signifikan. Laba bersih perusahaan naik hingga 675,51 % menjadi US$23,74 juta dibanding kuartal I 2016 US$3,06 juta,” ungkap Eddy.
Dia menambahkan perseroan mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$150 juta-US$160 juta tahun ini. Sebesar 80% dana capex akan digunakan untuk peremajaan peralatan. Sisanya untuk pengembangan teknologi informasi.
Manajemen Delta Dunia juga tengah melakukan diskusi awal dengan beberapa pihak untuk melakukan pengembangan bisnis tambang, selain sebagai kontraktor pertambangan batu bara. Pengembangan bisnis itu terkait dengan tambang mineral dan energi baru terbarukan (EBT). Hanya saja, perusahaan masih belum dapat memutuskan kapan tepatnya pengembangan itu dilakukan. “Kami lagi diskusi awal. Belum tahu kapan,” tukas Eddy.

Eddy menegaskan perseroan tidak akan mengubah fokus bisnis yang berada dalam sektor jasa kontraktor batu bara, meski berencana ikut memgembangkan energi baru terbarukan.

Selain ajakan untuk merambah bisnis lain, perseroan juga mendapatkan tawaran dari beberapa perusahaan tambang untuk ikut menanamkan modal. “Kami tidak menutup kemungkinan untuk jasa penambangan mineral atau jasa bidang EBT. Ada juga beberapa perusahaan tambang yang minta kami menanamkan modal. Ini sesuai dengan perkembangan harga batu bara,” tandas Eddy.(RA)