JAKARTA – PT Darma Henwa Tbk (DEWA), emiten kontraktor jasa tambang, mengestimasikan belanja modal 2016 sebesar US$ 80 juta-US$ 100 juta. Sebesar 60% di antaranya dialokasikan untuk membeli alat baru.

Manajemen Darma Henwa dalam paparan publik pekan lalu menyebutkan belanja modal tahun depan akan digunakan untuk pengembangan Proyek Batu Bara Bengalon, Proyek Batu Bara Asam-Asam, Proyek Batu Bara Satui dan Proyek Batu Bara Mulia. Status Proyek Batu Bara Satui dan Mulia saat ini masih merupakan area kerja Thiess yang berhenti pada 2013.

Hingga kini proses negosiasi final masih terjadi antara Thiess dan PT Arutmin Indonesia sebagai pemilik tambang. Sementara Darma Henwa merupakan interest party yang akan melanjutkan proyek Satui dan Mulia. Saat ini perseroan tengah mempersiapkan proses administrasi, stock taking, due dilligence keberadaan alat, hingga mobilisasi alat berat yang ditargetkan tuntas akhir Desember 2015.

Darma Henwa hingga September 2015 mencatatkan laba bersih sebesar US$ 94,33 ribu dibanding periode sembilan bulan 2014 yang rugi US$ 2,61 juta. Kinerja keuangan perseroan yang positif ditopang keberhasilan menekan beban, mulai beban pokok pendapatan, beban usaha hingga beban keuangan.

Sementara itu, pendapatan Darma Henwa pada sembilan bulan 2015 turun 1,68% menjadi US$ 175,1 juta dibanding periode yang sama tahun lalu US$ 178,1 juta. Pendapatan perseroan terbesar berasal dari PT Kaltim Prima Coal, Arutmin dan PT Berau Coal.

Namun kontribusi pendapatan dari Berau Coal berpotensi berkurang seiring penghentian kerja sama pekerjaan pemindahan tanah, penggalian batu bara, dan layanan angkutan berat.

Wachjudi Martono, Presiden Direktur Darma Henwa, mengatakan proyek Berau Coal yang berada di Binungan Timur, Kalimantan Timur dianggap kurang layak untuk dilanjutkan.”Saat ini perseroan sedang dalam proses pembahasan mengenai pengakhiran perjanjian untuk pekerjaan overburden stripping, coal hauling, dan heavy equipment services dengan pihak Berau,” tandas dia.(AT)