Aktivitas eksplorasi emas Antam.

JAKARTA – Perbedaan paling mencolok antara pertambangan yang dikelola secara benar, dengan tambang yang dibuka karena “aji mumpung”, adalah pada aktivitas eksplorasi. Untuk penambangan profesional, proses pencarian cadangan baru menjadi salah satu kegiatan utama. Seperti halnya PT Aneka Tambang Tbk (Antam), BUMN ini rela menggelontorkan Rp 221,1 miliar setahun untuk eksplorasi.

Eksplorasi atau pencarian cadangan baru yang dilakukan Antam, difokuskan pada komoditi emas, nikel, bauksit, zircon, dan batubara. “Total biaya yang kami keluarkan untuk kegiatan eksplorasi, tahun lalu mencapai Rp 221,1 miliar,” tutur Corporate Secretary Antam, Tedy Badrujaman.

Untuk emas, Antam melakukan eksplorasi emas di wilayah Jawa Barat, Banten, Jambi, dan Bengkulu dengan biaya total mencapai Rp 137,3 miliar. Di Jawa Barat, aktivitas eksplorasi emas dilakukan Antam di daerah Pongkor – Kabupaten Bogor, dan di daerah Papandayan – Kabupaten Garut.

Sedangkan di Banten, pencarian cadangan baru emas dilakukan Antam di daerah Cibaliung – Kabupaten Pandeglang. Di Jambi, produsen emas batangan ini melakukan eksplorasi emas di daerah Muara Manderas, yang diteruskan ke wilayah Bengkulu Utara.

Kegiatan eksplorasi emas yang dilakukan Antam meliputi pemetaan geologi detail (PGD), pemetaan geologi semi detail (PGSD), membuat puritan, pengukuran dengan hand auger, pemerian inti bor, pemercontoan tanah, batuan, XRD/terraspec, petrografi mineragrafi dan inti.

Dalam eksplorasinya di 2012, Antam juga melakukan pengukuran geofisika magnet dan geofisika IP, pengukuran lintasan, pemboran, Fi, XRD, uji fisik batuan, pengukuran lintasan, pengukuran geofisika gravitasi dan magnet, pemboran, CSAMT, serta pengukuran singkapan.

Dari Tereka Menjadi Terukur

Untuk bauksit, aktivitas eksplorasi Antam fokus dilakukan di Kalimantan Barat, yakni di daerah Mempawah, Kabupaten Landak dan di Tayan serta Munggu Pasir, Kabupaten Sanggau. Untuk eksplorasi bauksit, total biaya yang dikeluarkan Antam tahun lalu mencapai Rp15,5 miliar. Targetnya ialah mengklasifikasi sumber daya bauksit, dari tereka atau teridentifikasi, menjadi sumber daya terukur.

Untuk aktivitas eksplorasi zircon, pada 2012 dilakukan Antam di daerah Mandor, Kalimantan Barat. Sedangkan eksplorasi batubara difokuskan di Kabupaten Bangko, Jambi. “Total biaya untuk aktivitas eksplorasi zircon dan batubara sebesar Rp3,4 miliar,” tutur Tedy awal Februari 2013 lalu.

Pakar pertambangan, Mangantar S Marpaung saat masih menjabat Direktur Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara pernah mengungkapkan, adanya kegiatan eksplorasi merupakan pembeda utama antara pertambangan yang dikerjakan secara benar dan profesional, dengan tambang yang dibuka hanya karena “aji mumpung” (memanfaatkan tingginya harga komoditas).

Pada tambang profesional, aktivitas produksi berkelanjutan dan eksploitasi sumber daya alam dapat dilakukan secara optimal, tidak ada yang terbuang. Karena semua bahan galian yang ada di bawah tanah, dapat diambil secara terencana sesuai dengan volume dan kadar yang dibutuhkan saat itu.

Sedangkan pada pertambangan yang tidak profesional, nyaris tanpa kegiatan eksplorasi, karena dianggap membuang biaya. Begitu sumber daya atau cadangan yang ekonomis habis, tambang ditinggalkan begitu saja lalu pindah ke lokasi lain yang dianggap masih menjanjikan.

“Itulah bedanya miner (penambang profesional, red) dan trader (pedagang komoditas tambang, red). Miner akan berusaha mengoptimalkan wilayah kerja yang dikelolanya, sedangkan trader hanya memikirkan keuntungan. Celakanya, sebagian besar tambang di Indonesia saat ini dikuasai trader,” tukas Marpaung.

(Abraham Lagaligo / abrahamlagaligo@gmail.com)