JAKARTA- Badan Penghatur Hilir Migas sepertinya kehabisan akal dalam menngendalikan  (BBM) bersusidi.  Tool-tol yang diusulkan tak berlaku efektif di lapangan.  BPH Migas  terkesan   asbun , asal memeberikan masuka tanpa  disertai studi memdai.  Vice President Distribution Fuel and Marketing, PT Pertamina (Persero), Suhartoko, mengatakan, hasil evaluasi Pertamina menunjukkan belum ada penghematan yang signifikan dari upaya pengendalian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang diserukan BPH Migas.

“Hanya  efek balon. Pengendalian hanya memindahkan tempat pembelian konsumen ke wilayah yang tidak diberlakukan pengendalian, atau hanya efek balon,” ujar Suhartoko dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Kamis (18/9/2014).

Misalnya, pelarangan Premium dijual di SPBU di rest area. Suhartoko menjelaskan, penjualan di SPBU tol memang turun sekira 779 kiloliter per hari. Namun, SPBU lain di sebelum dan sesudah tol tersebut, tercatat mengalami peningkatan, hingga menjadi 956 kiloliter per hari.
Akibat pengendalian ini, konsumsi Premium secara nasional juga mengalami peningkatan. Pada periode 1-18 Agustus 2014, konsumsi Premium naik 4,5 persen dari rata-rata harian normal, yakni dari 81.571 kiloliter per hari menjadi 85.255 kiloliter per hari.

“Faktanya, pengendalian Premium hanya efektif mengurangi konsumsi 2-3 hari. Selebihnya normal. Konsumen mengisi premium di SPBU sebelum dan sesudah jalan tol. Pengendalian praktis tidak berdampak. Suhartoko menyebutkan BBM subsidi tak tepat sasaran. “Yang menikmati bukan orang lemah, orang yang punya mobil banyak. Semakin banyak punya mobil, semakin banyak dia mendapatkan subsidi BBM. Ini tidak tepat,”  Suhartoko menegaskan .