JAKARTA – Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan, yang memiliki potensi cadangan batu bara sebanyak 2,9 miliar ton berupaya memacu pengembangan industri di daerah lokal. Saifudin Aswari Rivai, Bupati Lahat, menegaskan bahwa daerahnya mempunyai sumber energi yang cukup memadai untuk menunjang operasional industri.

“Investasi energi di Lahat pada 2016 mencapai Rp 30 triliun. Ke depan, kami berharap pemerintah pusat bisa mempertimbangkan daerah-daerah penghasil energi sebagai lokasi investasi untuk industri penunjang lainnya,” kata Saifudin di Jakarta.

Kabupaten Lahat tercatat memiliki pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara mulut tambang, Banjarsari yang dibangun oleh PT Bukit Pembangkit Innovative (BPI). BPI yang merupakan perusahaan patungan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebagai pemegang saham mayoritas dengan PT Pembangkit Jawa Bali (PTPJB), anak usaha PT PLN (Persero), dan perusahaan swasta PT Navigate Innovative Indonesia (NII).

Keberadaan PLTU Banjarsari sebagai upaya menjawab kebutuhan tenaga listrik di Sumsel. Pembangunan PLTU Banjarsari juga untuk memberdayakan batu bara kalori rendah antara 4500 kcal/kg – 6000 kcal/kg, milik Bukit Asam. Sehingga, perseroan berkontribusi dalam konservasi energi, yaitu memperlambat konsumsi batu bara kalori tinggi.

Dalam mengoperasikan PLTU Banjarsari, BPI merekrut operator dan tenaga pemeliharan dari penduduk lokal di dua desa, yakni Desa Sirah Pulau dan Desa Gunung Kembang, Kecamatan Merapi Timur. BPI menandatangani perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) dengan PLN pada 2007, lalu dilanjutkan dengan pembangunan pembangkit dengan kapasitas kontrak 2×110 MW.

Selain membangun PLTU, BPI juga ditugaskan untuk membangun jaringan transmisi 150 kv sepanjang 23 kilometer. Karena ada krisis ekonomi pada 2008, proyek sempat terhenti dan baru bisa dilakukan ground breaking pada akhir Juli 2011 yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat itu.

Selanjutnya, pada akhir 2014, pembangunan PLTU Banjarsari selesai dibangun. Namun, karena jaringan transmisi baru bisa selesai akhir Maret 2015, testing dan komisioning baru bisa diselesaikan akhir Mei 2015. Pengurusan administrasi sertifikat layak operasi PLTU didapat akhir Juni 2015. Dengan demikian, PLN menyatakan operasi komersial PLTU Banjarsari dimulai sejak 30 Juni 2015.

“Kami sudah bisa memasok listrik untuk kebutuhan Sumatera Selatan dan daerah lain di Sumatra melalui jaringan interkoneksi. Ke depan, kami berharap listrik yang kami hasilkan bisa diserap industri lokal di Lahat. Seperti misalnya, pabrik sepatu, garmen, dan lainnya,” tandas Saifudin.(RA)