Kapal pemasok High Sulfur Diesel (HSD) produksi Pertamina.

Salah satu kapal pendistribusian BBM milik Pertamina.

JAKARTA – Menyusul cuaca ekstrim (sangat buruk) yang terjadi di berbagai belahan Nusantara belakangan ini, PT Pertamina (Persero) terpaksa mengalihkan beberapa jalur kapal pendistribusian bahan bakar minyak (BBM).

Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir menyatakan, pihaknya menyiapkan berbagai langkah antisipasi pendistribusian BBM dan LPG, agar tidak terkendala cuaca ekstrim yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia.

Cuaca yang tidak menentu, tidak hanya berdampak di darat karena curah hujan yang tinggi, tetapi juga berdampak pada transportasi laut akibat tingginya gelombang disertai angin.

Situasi perairan yang membahayakan transportasi laut, membuat sejumlah otoritas pelabuhan dan Kantor Kesyahbandaran mengeluarkan larangan berlayar bagi setiap kapal di beberapa pelabuhan.

Hal tersebut akan berdampak pada pendistribusian BBM dan LPG di seluruh wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan, sehingga cukup bergantung pada moda angkutan laut.

Meskipun demikian, kata Ali, Pertamina tetap berupaya mendistribukan BBM ke berbagai wilayah di Tanah Air, dengan berbagai langkah antisipasi agar ketersediaan BBM di berabagai titik bisa dipenuhi.

Diantaranya pengalihan jalur kapal MT Martha yang seharusnya sandar di STS Tanjung Uban, diarahkan ke Medan, Sumatera Utara, untuk selanjutnya muatan diangkut ke Tanjung Uban melalui darat.

Selain itu, Pertamina juga mengalihkan distribusi BBM dari beberapa terminal ke terminal alternatif. Seperti dari Terminal BBM Kertapati dan Terminal BBM Lubuk Linggau, untuk menyalurkan BBM ke Terminal BBM Jambi, alih suplai dari TBBM Kupang ke TBBM Atapupu melalui jalur darat.

“Kami terus memantau jalur pendistribusian laut, sehingga apabila terjadi perubahan kebijakan ototritas pelabuhan yang terjadi kapanpun, Pertamina bisa mengalihkan jalur pendistribusian baik ke pelabuhan terdekat yang lebih aman, atau melalui jalur darat agar kendala distribusi bisa diminimalisir,” ujarnya di Jakarta, Senin, 20 Januari 2014.

Ia menambahkan, semua kapal Pertamina sudah siap dengan muatan , akan tetapi untuk alasan keamanan dan keselamatan harus menunggu izin berlayar sesuai kondisi cuaca.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, sejak hari Minggu, 19 Januari 2014, mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrim, yang berlaku hingga 21 Janauri 2014. Dimana seluruh wilayah Indonesia berpotensi hujan lebat dan terjadi kumpulan angin di sekitar Lampung hingga Laut Jawa, dan dari Selat Makassar hingga Laut Arafura.

“Saat ini, stok BBM nasional dalam kondisi aman. Stok Premium cukup untuk sekitar 17 hari, Solar untuk 18 hari dan LPG 15 cukup untuk 15 hari,” ungkap Ali.

(Abdul Hamid / duniaenergi@yahoo.co.id)