JAKARTA – Central Processing Plant (CPP) area gundih Asset 4 PT Pertamina EP akan memasok sekitar 50 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) selama 12 tahun ke Pembangkit Gas Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tambaklorok.

Ronny Gunawan, Direktur Utama Pertamina EP, mengatakan dengan penyaluran gas ke PLTGU Tambak Lorok berdampak pada potensi efisiensi energi sekitar Rp. 21,4 triliun. Selain itu Konversi bahan bakar HSD ke gas juga dapat mereduksi CO2 sebesar 800 ton per hari”, tambah Rony.

Proyek CPP, yang dibangun sejak 1 Juli 2011, merupakan proyek pengembangan lapangan gas Blok Gundih yang berasal dari struktur Kedungtuban, Randublatung dan Kedunglusi di Blora, Jawa Tengah.

Dwi Sutjipto, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), mengatakan CPP Gundih dalam operasional saat ini menyerap 100 % tenaga kerja lokal, yang diharapkan mampu meningkatkan taraf perekonomian kabupaten Blora, dan memberikan hasil kontribusi bagi Kabupaten Blora.

Dia menambahkan Pertamina mendorong percepatan proyek-proyek di sektor hulu salah satunya CPP Gundih yang dilaksanakan oleh PT Pertamina EP agar dapat segera memasuki tahapan komersialisasi, sehingga dapat menambah pemasukan negara di sektor migas.

“Tentunya diharapkan dampak bagi daerah penghasil yaitu bertambahnya Dana Perimbangan Bagi Hasil Migas serta terciptanya Multiplier Effect atas aktifitas operasi migas di daerah tersebut”, ujar Dwi Sutjipto.

Terkait dengan kondisi harga minyak mentah dunia saat ini, lanjut Dwi, tentu akan mempengaruhi terhadap perolehan Negara. Bila dibandingkan antara tahun 2014 kisaran harga minyak mentah dunia di angka US$ 100 per barel, dengan 2015 di kisaran US$ 40 per barel. Maka realisasi Dana Bagi Hasil minyak dan Gas bagi daerah penghasil tentu akan terpengaruh juga.  Jika pada 2014 di Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah, realisasi Dana Bagi Hasil untuk minyak mencapai sekitar Rp 8,073 miliar dan gas mencapai sekitar Rp 109, 84 juta, maka pada 2015, Dana Bagi Hasil untuk minyak mencapai Rp 1,94 miliar dan gas mencapai Rp 47,06 juta.

“Ini merupakan dampak global yang turut mempengaruhi kinerja perusahaan. Namun demikian Pertamina tetap berkomitmen memberikan upaya terbaik untuk memenuhi ketahanan energi Indonesia dan diharapkan kondisi ke depan harga minyak semakin stabil,” tandas Dwi Sutjipto.(AT)