JAKARTA – PT Chevron Pacific Indonesia menilai potensi blok Rokan masih cukup besar, namun untuk melanjutkan kontrak pasca 2021 ada sejumlah langkah yang harus disiapkan.

“Pengalaman kami untuk mengembangkan lapangan, itu mengandalkan, yang pertama sumber daya manusia. Kami mendevelop profesional dengan baik,” kata Yanto Sianipar Senior Vice President Chevron Indonesia di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kamis (12/4).

Yanto mengatakan umur sumur-sumur di Blok Rokan sudah tidak muda. Untuk itu dibutuhkan penanganan ekstra agar produksi bisa dijaga dengan baik. Penanganan yang utama adalah dengan menggunakan teknologi yang tepat. Enhance Oil Recovery (EOR) menjadi mutlak yang harus diterapkan di blok Rokan

“Tentu saja teknologi yang sudah kami aplikasikan disana. EOR sangat berhasil, lalu water flood injection juga berhasil. Baru-baru ini kami melakukan uji coba sulfaktan injection untuk EOR,” ungkap dia.

Dengan kebutuhan akan teknologi tepat juga modern otomatis biaya yang harus disiapkan juga tidak sedikit. Chevron berkomitmen untuk bisa mempersiapkan investasi yang dibutuhkan untuk  bisa menjaga produksi dari blok Rokan agar tetap optimal.

“Terus yang terakhir tentu saja capital. Kita kan punya kelanjutan investasi yang continue, berkelanjutan,” ungkap Yanto.

Pemerintah sebelummya meminta kontraktor manapun yang ingin mengelola blok Rokan harus menggunakan skema kontrak gross split.

Menurut Yanto, manajemen perusahaan migas asal Amerika Serikat itu siap membahas masalah skema kontrak dengan pemerintah, termasuk membahas skema gross split.

“Kami terbuka untuk semua opsi. Saya pikir diskusi yang ditawarkan sekarang mencari opsi yang terbaik,” tandasnya.(RI)