JAKARTA – Peluang kerja sama antara PT Chevron Pacific Indonesia dengan PT Pertamina (Persero) untuk mengelola Blok Rokan dinilai masih tetap terbuka. Kerja sama tersebut bisa dilakukan pasca berakhirnya kontrak Chevron pada 2021.

“Ya Pertamina dengan dia (Chevron) kan bisa saja kerja sama,” kata Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Kemaritiman di Jakarta, Kamis (26/7).

Petinggi Chevron dalam pekan ini menemui Luhut hingga dua kali. Tidak hanya Albert Simanjuntak, Direktur Utama Chevron Pacific, namun juga Chuck Taylor sebagai Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit ikut dalam pertemuan dengan Luhut. Namun sayang Chevron enggan memberikan komentar sedikitpun mengenai tema pembahasan pertemuan yang digelar.

Sebaliknya Luhut setelah pertemuan pertama dengan Chevron pada Selasa (24/7) justru dengan penuh keyakinan mengungkap rencana investasi Chevron di Blok Rokan.

Menurut Luhut, Chevron menjanjikan investasi hingga US$ 88 miliar yang dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama US$33 miliar dan tahap kedua US$55 miliar.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan operator Blok Rokan pasca berakhirnya kontrak  Chevron pada 2021 diputuskan bulan ini.

Djoko Siswanto, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, mengungkapkan evaluasi terhadap proposal yang telah disodorkan Chevron telah dilakukan begitu juga dengan proposal yang disodorkan  Pertamina.

“Kami hanya evaluasi, nanti dilaporkan ke Pak Menteri (ESDM). Karena kami kan bisa salah mengevaluasi,” ungkap Djoko di Kementerian ESDM Jakarta, Kamis.

Rencananya evaluasi secara keseluruhan akan dilakukan pada pekan depan. Salah satu fokus evaluasi adalah split yang diajukan, apakah sesuai dengan perhitungan pemerintah. Serta besaran signature bonus dan komitmen kerja pasti.

“Split iya dilihat dan soal signature bonus. Kami melihat program komitmen pasti. Kepmen signature bonus kita lihat. Hitung NPV kan harus ada produksi berapa.,” tandas Djoko.(RI)