Lapangan CBM Vico Indonesia.

BALIKPAPAN – Pengembangan energi di Indonesia memasuki babak yang penting, dengan diresmikannya proyek pertama pembangkitan listrik menggunakan gas metana batubara atau Coal Bad Methane (CBM) pada Selasa, 30 April 2013.  

Proyek pertama CBM untuk listrik itu digawangi oleh perusahaan minyak dan gas bumi (migas) Vico Indonesia, di lapangan migas Sanga-sanga, Kalimantan Timur. Deputi Pengendalian Operasi Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Muliawan yang hadir dalam peresmian proyek itu di Balikpapan, berharap proyek Vico ini menjadi milestone pengembangan gas unkonvensional lainnya di Indonesia.  

Sebesar 0,5 juta kaki kubik per hari (mmscfd) CBM untuk listrik akan dialirkan dari lapangan Sanga-sanga mulai hari ini. Selain menjadi milestone pengembangan CBM untuk kelistrikan yang pertama di Indonesia, pemanfaatan gas metana batubara untuk kelistrikan ini diarahkan untuk kemanfaatan warga masyarakat bagi desa-desa yang terletak di dalam atau sekitar Wilayah Kerja Migas Sanga-Sanga.

“Kami berharap keberhasilan yang telah ditunjukkan oleh Vico dalam mengembangkan gas unkonvensional di Indonesia, dapat mendorong KKKS yang lain untuk mempercepat pengembangan gas metana batubara sebagai salah satu energi alternatif,” ujar Muliawan.

Dia menjelaskan peresmian gas metana batubara untuk listrik ini merupakan buah dari usaha Vico yang terbukti dapat memenuhi komitmennya dalam mendukung Program Pembangunan Nasional Pemerintah lndonesia untuk memanfaatkan CBM sebagai bahan bakar bagi tenaga listrik di pedesaan di sekitar wilayah operasi yang sekaligus mendukung program SKK Migas yaitu “Bright and Green“.

“Jika kita kembali melihat sejarah, peresmian ini berawal dari ditandatanganinya Kontrak Kerjasama (KKS) CBM Sanga Sanga pada 30 Nopember 2009. Saat ini Vico Indonesia mengoperasikan dua Kontrak di Blok Sanga Sanga, yaitu untuk migas konvensional dan gas metana batubara pada wilayah yang sama (identik),” jelasnya.

Bermanfaat Bagi Lingkugan

Muliawan juga menjelaskan, Kontraktor KKS CBM Sanga-Sanga memiliki kontrak area kerja yang sama, pemegang saham, dan operator dengan KKKS konvensional serta telah mulai berproduksi sejak Maret 2011 dari sumur Pamaguan-10.

Sejak ditandatanganinya Nota Kesepahaman (MoU) antara PT PLN (Persero) dan Vico tentang jual beli CBM dari lapangan Blok CBM Sanga-Sanga VICO Indonesia pada 4 November 2011 di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Vico telah menunjukkan komitmennya untuk mendukung tujuan pemerintah, memasok CBM untuk kelistrikan di 2011.

Menurutnya, penjualan gas secara langsung ini disetujui untuk ditandatangani, sebelum adanya persetujuan Plan of Development (POD) dari pemerintah. Karena selain dapat menambah suplai energi listrik untuk domestik, juga memberikan banyak manfaat lain.

Diantaranya tidak ada flare gas sehingga lingkungan lebih bersih, memberikan tambahan bagi penerimaan negara, tidak memerlukan pengadaan genset untuk pembangkit Listrik, serta implementasinya lebih sederhana.

Dalam catatan Dunia Energi, selain Vico perusahaan migas yang juga sedang mengembangkan CBM untuk listrik adalah PT Ephindo, yang beroperasi di Sangatta, Kalimantan Timur. Perusahaan yang dipimpin Sammy Hamzah ini pun telah melakukan eksplorasi yang masif terhadap cadangan CBM di wilayah operasinya, dan telah mengajukan persetujuan pemanfaatan CBM untuk listrik ke pemerintah.

Rencananya, untuk awal Ephindo akan mengembangkan CBM untuk listrik dalam skala pilot, dengan kapasitas 1 Megawatt. Jika berhasil, Ephindo yang telah menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah, bakal menggunakan CBM-nya untuk menerangi wilayah Sangatta dan sekitarnya.     

(Iksan Tejo/duniaenergi@yahoo.co.id)