JAKARTA – Penetapan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dianggap akan menjadi acuan yang baik bagi Indonesia untuk mencari jalan penyelesaian krisis energi yang selama ini hanya bertumpu pada energi fosil.

Surya Darma, Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), mengatakan dengan selesainya RUEN berarti sudah semakin jelas target bauran energi secara nasional khususnya energi baru terbarukan (EBT) yang dipatok 23 persen pada 2025.

“Masalahnya adalah bagaimana cara pencapaiannya? Tools apa yang akan digunakan pemerintah untuk memenuhi target tersebut,” kata Surya kepada Dunia Energi, Senin (9/1).

Dia menambahkan seharusnya sudah ada dalam RUEN agar tidak ada dispute yang berkepanjangan saat implementasi, seperti selama ini terjadi. Termasuk soal regulasi, feed in tariff dan lain-lain yang masih belum terselesaikan sampai saat ini,

Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), selaku Ketua Harian Dewan Energi Nasional (DEN) mengatakan RUEN perlu segera ditetapkan. Pentingnya RUEN karena merupakan rujukan dalam penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), Rencana Strategis Kementerian/Lembaga dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta Daerah.

Porsi bauran energi pada 2025 untuk EBT ditargetkan sebesar 23 persen dan meningkatkan 45 gigawatt (GW) pembangkit listrik berbasis EBT. Pilar utama untuk mewujudkan target tersebut adalah melalui penganekaragaman (diversifikasi) energi dan konservasi energi.

Kondisi energi nasional saat ini, 94 persen berasal dari fosil yang semakin berkurang keberadaannya dan juga terbukti sebagai faktor penting terjadinya perubahan iklim. Kebutuhan energi dan lingkungan mendorong pemerintah melakukan kebijakan konservasi energi dalam bentuk peningkatan efisiensi penggunaan energi baik di sisi penyediaan maupun di sisi kebutuhan, sektor industri, transportasi, rumah tangga dan komersial.

Berdasarkan arahan dari Presiden Joko Widodo pada saat mengikuti Conference of Parties (COP) ke-21 tahun 2015 di Paris dan hasil COP ke-22 di Maroko, Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen (BAU) pada 2030 dengan upaya sendiri dan dapat ditingkatkan menjadi 41 persen dengan bantuan internasional.

Hingga akhir 2016, penurunan emisi CO2 telah berhasil dilakukan sebesar 39,3 juta ton. Target 2017, emisi CO2 akan diturunkan sebesar 45,1 juta ton.

“Seharusnya kita bisa belajar pada banyak negara didunia yang sudah cukup maju dalam mengembangkan EBT, termasuk ke Thailand, India, dan negara lainnya dikawasan Asia yang bisa jadi contoh. Mudah-mudahan pak Mentri ESDM perduli akan aspek ini,” tandas Surya.(RA)