JAKARTA – Pemerintah meminta PT Pertamina (Persero) untuk bisa melanjutkan pengembangan Blok East Natuna. Dorongan untuk segera kembali memulai proses pengembangan blok yang diproyeksi memiliki potensi gas besar tersebut lantaran sudah mulai banyaknya peminat yang siap untuk mengembangkan blok yang terletak di perairan Laut Cina Selatan tersebut.

Ego Syahrial, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan secara hukum pengelolaan Blok East Natuna masih dibawah Pertamina.

Dia menambahkan dengan posisi sekarang pasti ada keinginan Pertamina untuk bisa mengevaluasi rencana pengembangan East Natuna, namun dengan mulai berdatangannya para peminat harus bisa dimanfaatkan dengan baik perusahaan.

“Ini saya buka saja, sudah banyak si A, si B bukan kelas biasa tapi kelas internasional, kelas dunia (berminat). Selama bisa dimonetisasi untuk menurunkan harga gas, ujung-ujungnya turunkan harga gas, begitu kan filosofinya,” kata Ego saat ditemui di Kementerian ESDM Jakarta, Selasa (16/1).

Beberapa perusahaan yang telah  menyatakan minat, yakni berasal dari China, Jepang serta Uni Emirat Arab. Pemerintah pun langsung mengarahkankan perusahaan tersebut untuk langsung memulai pembicaraan dengan Pertamina.

“Pertamina mungkin mereka masih proses, mungkin disatu sisi dia mau juga select (pilih),” tukasnya Ego.

Blok East Natuna merupakan blok dengan potensi cadangan gas cukup besar yakni sekitar 46 TCF, namun sayangnya kandungan CO2 cukup besar yakni sekitar 70% dari potensi tersebut, sehingga diperlukan teknologi serta biaya besar dalam pengembangannya.

East Natuna sebelumnya dikembangkan konsorsium yang dipimpin oleh Pertamina bersama dengan Exxonmobil dan PTT EP Thailand. Namun konsorsium tersebut ditinggalkan Exxonmobil, sehingga rencana pengembangannya terhenti dan ditunda.

Petrochina menjadi salah satu perusahaan yang paling serius dan sudah menyatakan minat untuk bisa bergabung dengan Pertamina untuk melakukan study awal di East Natuna.

Gusminar, Vice President Supply Chain Management and Operation Support Petrochina, menyatakan perusahaan telah mengajukan proposal untuk joint study atau studi bersama Pertamina.

Dia menyakini Petrochina bisa mengembangkan blok tersebut, termasuk dengan kesiapan teknologi yang dimiliki perusahaan asal China tersebut.

“Untuk Blok East Natuna, Petrochina mengatakan tertarik kerja sama dengan Pertamina dan melakukan joint study, tim riset sudah punya teknologi,” ungkap Gusminar.

Menurut dia, teknologi yang dimiliki anak usaha China National Petroleum Company (CNPC) sudah terbukti. Namun memang membutuhkan waktu untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal dari penerapan teknologi tersebut.

“Teknologi sudah diujicobakan di Jabung dan akan terlihat hasilnya beberapa tahun ke depan,” tandas Gusminar.(RI)