JAKARTA – Pertumbuhan pembangkit listrik bertenaga gas menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan konsumsi gas nasional. Pembangkit listrik tenaga gas dalam proyek 35 ribu megawatt (MW) tercatat akan mencapai kapasitas 14 ribu MW. Selain pembangkit listrik, mega proyek yang digarap PT Pertamina (Persero) dan pertumbuhan industri dari sektor lainnya juga dipastikan akan menyerap gas dalam jumlah yang tidak sedikit.

“Pertumbuhan juga akan didukung oleh penambahan kapasitas pabrik pupuk dan sektor transportasi,” kata Yenni Andayani, Ketua Indonesia Gas Society (IGS) dalam paparannya di Indogas 2017 di Jakarta, Selasa (7/2).

Menurut Yenni yang juga pelaksana tugas sementara direktur utama Pertamina, Indonesia memerlukan investasi US$70 miliar-US$80 miliar hingga 2030 untuk pembangunan infrastruktur gas secara menyeluruh untuk mencukupi kebutuhan energi domestik yang terus tumbuh sekitar 4 persen- 5 persen per tahun. Peningkatan juga disebabkan oleh pertumbuhan populasi kelas menengah dan meningkatnya gross domestic product (GDP).

“Indonesia memerlukan investasi baru untuk mengeksplorasi dan mengembangkan sumber-sumber gas baru serta membangun infrastruktur gas yang akan mengirimkannya ke konsumen akhir,” kata Yenni.

Selain mendukung upaya pemenuhan gas domestik, investasi baru tersebut juga berarti menciptakan ribuan lapangan kerja, memicu pertumbuhan industri, dan juga memacu pertumbuhan GDP Indonesia.
Investasi infrastruktur gas merupakan investasi jangka panjang untuk sekitar 30-an tahun dan untuk menjadi tujuan investasi, Indonesia dipastikan harus berkompetisi dengan negara lain.

“Oleh karena itu, diperlukan koordinasi yang baik di seluruh stakeholder, insentif, harga yang kompetitif, dan memastikan iklim investasi dalam negeri yang baik,” kata Yenni.

Djohari Angga Kusumah, Senior Vice President Gas and Power Pertamina, mengungkapkan pembangunan infrastruktur sangat penting guna menunjang peningkatan kebutuhan gas yang diprediksi mulai defisit pada 2019. Apalagi banyak proyek-proyek industri yang memerlukan bahan baku gas. “Kalau saat ini memang masih cukup tapi kita bicara tahun 2019, itu (kebutuhan gas) terdiri dari power dan industri,” tandasnya.(RI)