JAKARTA – Untuk menjalankan Proyek Sarulla yang sudah tertunda selama 20 tahun dibutuhkan tak kurang dari tujuh menteri, dan tim teknis dengan jam rapat yang tak terhitung untuk duduk bersama mengurai sumbatan-sumbatannya. Hal tersebut disampaikan Wapres Boediono saat membuka The Third Indonesia Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Conex dan Indonesia International Geothermal Convention 2014 di Jakarta Convention Center, Jakarta 4 Juni 2014.
Pembangunan Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla sebesar 3×110 MW di Sumatera Utara merupakan kerja besar. Pembangunannya akan dilakukan tahun ini dan nantinya akan menghemat subsidi 1 juta US$/hari dan mengurangi emisi CO2 1,5 juta ton/tahun.
“Ini bukti bahwa Indonesia dapat menjadi negara superpower geothermal bukan hanya sekedar slogan, tapi sebagai kenyataan,” kata Wapres Boediono
Wapres meyakini bahwa proyek geothermal Sarulla adalah bukti nyata bagaimana prinsip kerjasama yang didasari semangat gotong royong berhasil digarap. “Proyek ini adalah pembangkit listrik geothermal dalam one single contract yang terbesar di dunia,” tegasnya.
Pihak-pihak yang berjasa menggulirkan kembali Proyek Sarulla yakni Menteri ESDM, Menteri BUMN, Menteri Keuangan, Menteri Kehutanan, Kejaksaan Agung, Menko Perekonomian serta UKP4 sebagai pihak yang mengawal prosesnya. “Tidak lupa penghargaan saya kepada Pemerintah Daerah yang mendukung sepenuhnya pembangunan PLTP untuk mencegah krisis listrik di Sumatera Bagian Utara ini,” kata Wapres. (AH/dunia-energi@yahoo.co.id