JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan mengembangkan peluang bisnis dari rencana industri hilirisasi batu bara. Seiring dengan itu, perseroan tercatat telah menandatangani Head of Agreement dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero) dan PT Chandra Asri Petrochemical pada 8 Desember 2017, untuk mendirikan Coal to Chemical Plant di mulut tambang, Tanjung Enim, Sumatera Selatan dengan konsumsi batu bara mencapai 9 juta ton/tahun.

“Saat ini masih progress penyelesaian Bankable Feasibility Study (FS). Jadwal penyelesaian kuartal I 2019 harusnya sudah selesai,” ujar Suherman, Corporate Secretary Bukit Asam kepada Dunia Energi, Selasa (4/12).

Suherman belum dapat menyampaikan kebutuhan dana investasi untuk proyek Coal to Chemical Plant.

“Belum ada detail angkanya untuk investasi,” tukasnya.

Nantinya, melalui teknologi gasifikasi akan merubah batu bara menjadi syngas sebagai feedstock (bahan baku) untuk produksi urea dengan kapasitas 570 ribu ton per tahun, Dimethyl Ether (DME) dengan kapasitas 400 ribu ton per tahun dan polypropelene dengan kapasitas 450 ribu ton per tahun. Proyek itu direncanakan commercial operation date (COD) pada November 2022.

Setelah penandatanganan perjanjian, Bukit Asam bersama Pertamina, Pupuk Indonesia, dan Chandra Asri Petrochemical melaksanakan Bankable-FS (studi kelayakan), Amdal, dan persiapan pendanaan untuk selanjutnya melakukan proses pengadaan Engineering Procurement Construction (EPC).

Untuk menunjang kerja sama, akan dibangun pabrik pengolahan gasifikasi batubara di Kawasan Industri Berbasis Batubara Bukit Asam (Bukit Asam Coal Based Industrial Estate) yang berada di mulut tambang batubara Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Kawasan industri tersebut berada pada satu lokasi yang sama dengan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8.

“Saat ini, selain sedang memasuki tahap bankable FS, proyek hilirisasi batu bara juga sedang proses pembebasan lahan di suatu Kawasan Industri Berbasis Batubara Bukit Asam,” kata Suherman.(RA)