JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA),  memproyeksikan penjualan batu bara ekspor hingga akhir 2018 mencapai 12,14 juta ton. Hingga paruh pertama, Bukit  Asam telah merealisasikan 5,85 juta ton.

Pada 2018, Bukit Asam mulai mengekspor batu bara medium to high calorie sebagai strategi menyiasati Domestic Market Obligation (DMO). Seiring dengan harga batu bara yang semakin naik dan permintaan yang meningkat, Bukit Asam bersiap untuk memenuhi permintaan batu bara high calorie untuk pasar ekspor.

“Hingga akhir semester II 2018 ini, Bukit Asam akan semakin meningkatkan penjualan batu bara high calorie-nya untuk pasar ekspor,” ujar Suherman, Sekretaris Perusahaan Bukit Asam, Rabu (12/9).

Hingga semester I 2018, Bukit Asam telah menjual 12,22 juta ton batu bara, yang mencakup 6,37 juta ton atau 52,1% untuk pasar domestik dan 5,85 juta ton atau 47,9% untuk pasar ekspor.

Untuk pasar ekspor, batu bara Bukit Asam dipasok ke beberapa negara seperti China, India, Thailand, Hongkong, dan beberapa negara lainnya.

Bukit Asam dalam keterangan tertulisnya menyebutkan sepanjang semester I 2018, Bukit Asam membukukan laba bersih sebesar Rp 2,58 triliun atau meningkat 49% dari laba semester I 2017 sebesar Rp 1,72 triliun. Kenaikan laba bersih didorong pendapatan yang meningkat  17% dari pendapatan semester I  2017 menjadi Rp 10,53 triliun. Salah satu faktor pendukung peningkatan pendapatan adalah penjualan batu bara ekspor dengan menjual batu bara kalori tinggi

Bukit Asam juga telah mulai untuk melakukan hilirisasi batu bara. Hal ini terlihat dari penandatanganan kesepakatan kerja sama hilirisasi batu bara yang dilakukan perseroan dengan PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk pada Desember 2017 lalu. Melalui hilirisasi ini, batu bara akan diubah menjadi produk turunan batubara yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

Bukit Asam juga mengembangkan diversifikasi usaha salah satunya melalui PLTU Mulut Tambang Sumsel 8, yang akan segera dimulai konstruksinya. Nantinya, listrik dari PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 ini akan dipasok untuk memenuhi kebutuhan listrik di Sumatera.

Pada 2018, perseroan mengalokasikan Rp 6,55 triliun untuk investasi. Dana investasi yang dialokasikan terdiri dari Rp 1,43 triliun untuk investasi rutin dan Rp 5,12 trilun untuk investasi pengembangan.

“Dengan nilai alokasi investasi yang besar, perseroan yakin mampu tumbuh untuk mengembangkan diversifikasi produk dan meluaskan jangkauan penjualan produknya,” kata Suherman.

Sebagai anggota holding BUMN tambang, Bukit Asam juga telah siap bersinergi dengan anggota holding BUMN lainnya. Berbagai sinergi antar holding BUMN tambang telah disiapkan antara lain proyek PLTU Halmahera Timur berkapasitas 2×4  MW. Pada proyek ini PTBA akan menyediakan pasokan energi bagi pabrik baru Feronikel milik PT Antam Tbk di Halmahera Timur. Bukit Asam juga akan melakukan sinergi dengan PT Inalum (Persero) Tbk pada proyek PLTU Kuala Tanjung berkapasitas 2×350 MW yang akan menyediakan pasokan energi listrik bagi pabrik ekspansi Aluminium Smelter II.(AT)