JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, memproyeksikan laba bersih perseroan akan naik 3-4 kali lipat pada 2024 dibanding raihan laba bersih 2016 sebesar Rp2,02 triliun. Proyeksi tersebut berdasarkan asumsi produksi batu bara minimal 100 juta ton untuk memenuhi kontrak yang telah diraih.

Manajemen Bukit Asam mengklaim telah mengantongi kontrak penjualan batu bara jangka panjang di pasar domestik sebesar 574 juta ton. Salah satu kontrak berasal dari PT PLN (Persero) untuk periode 2010-2030 sebesar 262 juta ton.

“Indonesia Power (2013-2022) sebesar 52 juta ton, Huadian Bukit Asam Power (25 tahun) 150 juta ton, Bukit Pembangkit Inovative (30 tahun) 36 juta ton, Indonesia Fertilizer (30 tahun) 69 juta ton, Cilacap Power Plant (4 tahun) 5 juta ton,” ungkap Achmad Sudarto, Direktur Keuangan PTBA di Jakarta, Rabu (22/3).

Menurut Achmad, seiring dengan kontrak yang telah diperoleh, perseroan memproyeksikan pada 2024 produksi batu bara minimal 100 juta ton. Dengan produksi sebesar itu dan asumsi volume penjualan yang tidak jauh berbeda, laba bersih Bukit Asam diperkirakan akan naik 3-4 kali lipat dari saat ini.

Sepanjang 2016, produksi dan pembelian batu bara Bukit Asam sebesar 20,8 juta ton, masing-masing 19,6 juta ton produksi sendiri, termasuk produksi anak usaha IPC sebesar 0,8 juta ton dan pembelian batu bara oleh PT Bukit Asam Prima sebesar 1,2 juta ton.

Pada tahun ini, Bukit Asam menargetkan penjualan batu bara sebesar 27,3 juta ton atau 30 persen lebih tinggi dari realisasi tahun lalu sebesar 20,7 juta ton. Sebanyak 15,9 juta ton ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan domestik, atau 58 persen dari total penjualan. Sedangkan komposisi penjualan ekspor 11,4 persen, atau 42 persen dari total penjualan.

Untuk mendukung angka penjualan tersebut, Bukit Asam merencanakan produksi dan pembelian batubara sebesar 27,1 juta ton. Masing-masing meliputi produksi 24,1 juta ton termasuk produksi anak usaha PT IPC sebesar 0,9 juta ton, dan tambang Peranap di Riau 0,2 juta ton. Sedangkan pembelian batubara oleh anak usaha PT Bukit Asam Prima sebesar 3,03 juta ton.

Perusahaan angkutan kereta api, PT Kereta Api Indonesia (KAI) juga telah menyatakan komitmennya untuk mengangkut batu bara Bukit Asam dari lokasi tambang sebesar 21,7 juta ton atau naik 22 persen dari realisasi tahun sebelumnya sebesar 14,7 juta ton, masing-masing 18 juta ton menuju Pelabuhan Tarahan di Bandar Lampung, dan 3,7 juta ton ke Dermaga Kertapati di Palembang

Saat ini Bukit Asam tidak hanya fokus sebagai perusahaan batu bara, namun juga memposisikan menjadi perusahaan energi terintegrasi. Perseroan tercatat telah mengembangkan sejumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan bahan bakar batu bara, di antaranya PLTU Tanjung Enim berkapasitas 3×10 megawatt (MW), Pelabuhan Tarahan 2×8 MW, Banjarsari 2×110 MW, Sumsel 8 2×620 MW, Peranap 600-1200 MW, dan Sumsel 9 dan 10 berkapasitas 600 MW.

“Dengan memiliki power plant sendiri, bisa mereduce cost sampai 50 persen,” tandas Achmad.(RA)