JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA), anggota holding BUMN tambang melalui PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), memproyeksikan kenaikan produksi batu bara 2018 mencapai 20% dibanding estimasi produksi tahun ini sebesar 23 juta-24 juta ton.

“Tahun ini produksi kan sekitar 23-24 juta ton, tahun depan diperkirakan akan naik sekitar 20%. Tapi tentunya ini perlu dukungan infrastrukur ya,” kata Arviyan Arifin, Direktur Utama Bukit Asam di Jakarta, Rabu (29/11)

Target produksi batu bara Bukit Asam berasal dari tambang yang dikelola anak usaha perseroan dan pembelian dari pihak ketiga. Berdasarkan data yang dirilis Oktober lalu, Bukit Asam merencanakan produksi batu bara sebesar 21,92 juta ton dan pembelian dari pihak ketiga 0,45 juta ton. Total produksi dan pembelian sepanjang tahun ini mencapai 22,37 juta ton, naik 9,9% dibanding 2016.

Bukit Asam pada 2018 juga mengalokasikan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp4 triliun. Alokasi belanja modal di antaranya untuk ekspansi mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Sejumlah proyek PLTU yang tengah dikembangkan adalah PLTU Mulut Tambang Peranap di Indragiri Hulu, Riau berkapasitas 2×300 MW; dan PLTU Mulut Tambang Sumsel 6 berkapasitas 2×300 MW.

Selain itu, bersama anggota holding BUMN tambang lainnya, Antam, Bukit Asam mengembangkan PLTU Halmahera Timur berkapasitas 2×40 MW. Serta bersama Inalum mengembangkan PLTU Kuala Tanjung berkapasitas 2×350 MW.

“Kami juga akan akuisisi beberapa PLTU milik Antam, mengembangkan logistik, ekspansi kapasitas pelabuhan Kertapati dari 5 juta ton menjadi 7 juta ton. Untuk hilirisasi batu bara, kami akan membuat produk downstream melalui proses gasifikasi berupa urea, elpiji, petrochemical, semoga tahun depan bisa dimulai,” kata Arviyan.(RA)