JAKARTA – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) meminta pohon kedondong listrik yang ditemukan Naufal Raziq, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 1, Langsa Lama, Kota Langsa, Nanggroe Aceh Darussalam terus dikembangkan untuk mendapatkan pasokan listrik dari pohon secara stabil sehingga pemanfaatannya bisa maksimal. Apalagi pada dasarnya semua makanan dan minuman memiliki asam yang dapat menjadi sumber energi.

“Inisiatif siswa tersebut untuk melakukan percobaan sangat baik apa lagi yang menemukan berasal dari daerah dan masih SMP, yang dilakukan Naufal ini teori baterai Volta atau Deniel Cell,” kata Eniya L. Dewi, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) BPPT di kantor BPPT, Jakarta, Senin (29/5).

BPPT juga telah mengirimkan tim khusus untuk menindak lanjuti temuan Naufal yang merupakan binaan dari program CSR PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero).

Dalam pengukuran sesaat besaran listrik pada pohon-pohon kedondong pagar yang ditanam menunjukkan keluaran sistem listrik pohon itu masih dalam kisaran mili watt dengan tegangan yang dihasilkan dalam skala ratusan mili hingga satuan volt serta arus mili Ampere.

Menurut Eniya, temuan kestabilan listrik yang dihasilkan dari tanaman seperti yang ditemukan Naufal juga bergantung pada elektrolit sehingga arus yang dihasilkan besar dan dalam jangka waktu lama serta stabil. Penggunaan baterai dalam listrik pohon kedondong dinilai bisa mendukung kestabilan listrik yang dihasilkan. Untuk itu pengembangan baterai ini harus dilakukan.

“Kami harap dapat dikembangkan baterai jenis oksigen dengan berbagai macam logam yang biasa disebut metal air battery yang punya energi densitas atau kerapatan energi yang tinggi atau baterai full cell yang sudah mulai dikembangkan BPPT,” ungkap dia.

Naufal sebelumnya juga mengakui energi listrik dari pohon kedodong belum stabil. Untuk itu, dia mencari cara agar ada akselerasi daya pemulihan (recovery) energi listrik dari pohon kedondong secara optimal.

“Saya coba eksperimen dengan proses charging menggunakan baterai sebagai penyimpan daya sehingga energi dari pohon kedondong siang harinya dapat disimpan di baterei dan pada malamnya energinya dapat kembali digunakan untuk menghidupkan lampu,” ungkap Naufal saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut Naufal, dari percobaan sebelumnya, kemampuan pemulihan dari pohon kedondong membutuhkan waktu lama dan belum stabil. Saat ini, dia mengujicoba dengan proses penyimpanan energi dari pohon kedondong ke charger baterei dan dari sana ke lampu atau mirip proses solar cell.

“Saya berharap nyala lampu bisa stabil karena pada proses sebelumnya dengan langsung dari pohon ke lampu, energinya tidak stabil dan lama kelamaan drop dan recovery secara alaminya lambat sekali,” kata dia.

Menurut Andhika Prastawa, Kepala Balai Besar Teknologi Konservasi Energi (B2TKE-BPPT), dalam data yang ditemukan dari enam pohon kedondong diperoleh pengukuran tegangan total 2,774 Vdc. Ujung rangkaian pohon ini dihubungkan pada converter arus searah untuk memacu baterai bertegangan 3,5 Vdc, lalu melalui inverter dihubungkan ke beban lampu LED 5 watt 220 Vac . Setelah 10 menit terukur energi pohon turun dari 2,774 Vdc menjadi 1,870 Vdc.

Kondisi tersebut menunjukkan perlu ada pengembangan lebih lanjut terhadap temuan pohon listrik. Untuk jangka pendek pohon energi ini bisa memenuhi kebutuhan listrik bagi peralatan yang berenergi rendah.

Adhika meminta kepada semua pihak agar bijaksana dalam menaggapi temuan ini dan tidak terlalu memberikan beban harapan terlalu besar. “Direkomendasikan kepada Naufal dapat diberikan perhatian dan pembinaan intensif agar bisa berkembang kemampuan dan minatnya,” kata Andhika.(RI)