JAKARTA – Kepastian alokasi pasokan gas untuk kebutuhan pipa Kalimantan – Jawa (Kalija) II, sehingga saat ini hanya tinggal membutuhkan inisiatif investor untuk mulai pembangunan.
Jugi Prajogio, Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas), mengatakan kepastian  alokasi gas berasal dari laporan para calon shipper kepada BPH Migas.
“Berdasarkan pertemuan sebelumnya dengan para calon shipper,  ada Pertagas Niaga, PGN melalui Gagas Energi dan PLN dinyatakan bahwa kebutuhan mereka ke depan masih tercukupi,” kata Jugi kepada Dunia Energi, Rabui (4/10).
Menurut Jugi, BPH akan segera memanggil PT Bakrie & Brothers untuk meminta rencana kerja kelanjutan proyek yang sudah mangkrak 11 tahun tersebut.
“Mungkin Minggu depan lagi dicarikan jadwalnya, Bakrie akan memaparkan solusi atau alternatif atas hal tersebut dan komite akan segera bersikap apakah go or no go,” ungkap Jugi.
Paparan dari Bakrie nantinya akan menjadi tolak ukur dalam rencana pengembangan Kalija. Alokasi gas yang menjadi alasan Bakrie menunda pembangunan pipa dinilai bisa diatasi karena kepastian  pasokan gas juga ada dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas).
Bobby Gafur Umar, Direktur Utama Bakrie & Brothers, sebelumnya  mengungkapkan Bakrie siap untuk realisasikan melanjutkan proyek pipa Kalija II. Namun sampai saat ini belum ada kepastian pasokan gas dari pemerintah.
“Cuma  sekarang gas nya mana? Ini sebenarnya ada tinggal bagaimana alokasi gasnya bagaimana,” kata Bobby saat ditemui Dunia Energi belum lama ini.
Dia pun siap untuk bisa membahas ini bersama BPH Migas karena dalam proyeksi perusahaan jalur yang dilewati pipa Kalija II yang memiliki kemampuan mendistribusikan gas hingga 1.000 MMSCFD memiliki potensi konsumen yang cukup baik. Potensi sumber gas sekarang ini banyak justru yang berada di luar pulau Jawa karena itu keberadaan pipa Kalija II. Sehingga pemerintah  bisa memasukan potensi sumber gas sepanjang jalur pipa.
“Nah harus ada penerapan alokasi gas di neraca gas masukin saja  semua potensi sepanjang jalur pipa itu dihitung, pasti cukup, demandnya besar sekali, buat  PLN lebih besar, transportasi , industri, rumah tangga,”papar Bobby.
Menurut Bobby, industri nantinya akan tumbuh ketika infrastruktur telah disiapkan. Selain itu, aliran gas yang dibutuhkan untuk bisa mencapai keekonomian proyek juga tidak perlu sampai kapasitas maksimal kemampuan pipa.
“Kapasitas 1.000 MMSCFD,  tapi itu 500 MMSCFD saja sudah feasible. Jadi bangun dulu infrastruktur, kalau pipa ada, gasnya ada akan tumbuh ekonomi,” tandas Bobby.(RI)