JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan telah menerima rekomendasi dari Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk pengembangan Blok Masela dengan menggunakan fasilitas kilang terapung (FLNG).

Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan rekomendasi yang diberikan SKK Migas untuk menggunakan FLNG lebih hemat jika dibandingkan dengan skema onshore dengan membangun jaringan pipa untuk aliran gas. “Yang jelas SKK Migas rekomendasikan offshore,” katanya.

Dia juga mengungkapkan, bahwa hasil perhitungan SKK Migas, pembangunan faslititas pengolahan gas di atas laut lebih murah ketimbang harus menyalurkan gas dengan pipa ke faslitas yang dibangun di darat.

Menurutnya, jika fasilitas pengolahan FLNG dibangun, maka industri maritim juga akan berkembang. Hal ini dikarenakan pembangunan galangan kapal untuk membuat fasilitas tersebut akan lebih dulu dibangun ketimbang FLNG.

Sementara itu, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan apabila infrastruktur jaringan gas menggunakan pipa, kemungkinan lokasi tujuan penyaluran adalah Pulau Aru dengan bentang pipa 600 kilometer (km) dan Pulau Saumelaki dengan jarak 200 km. Gas dari Blok Masela akan disalurkan melalui pipa ke fasilitas pengubah gas menjadi LNG yang ada di daratan.

Menurutnya, biaya yang diperlukan untuk pembangunan infrastruktur gas menggunakan pipa diperkirakan sebesar US$ 19,3 miliar, sedangkan jika fasilitas dilakukan di atas laut menggunakan FLNG hanya membutuhkan biaya US$ 14,8 miliar.

“Kalau di darat investasinya US$ 19,3 miliar, sedangkan offshore US$ 14,8 miliar dari sisi angka jauh lebih murah FLNG,” katanya.(DD)