JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), badan usaha milik negara di sektor pertambangan mencatat biaya tunai feronikel sebesar US$3,39 per pon pada 2016, turun 21 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar US$4,31 per pon. Seiring dengan tren peningkatan harga nikel dunia, yang turun didorong pentupan beberapa tambang nikel di Filipina, Aneka Tambang atau Antam optimistis dapat meningkatan margin keuntungan dari bisnis nikel pada 2017.

Outlook positif bisnis nikel Antam pada tahun ini juga disebabkan adanya peningkatan target produksi sebesar 19 persen menjadi 24.100 ton nikel dalam feronikel (TNi) dibanding realisasi produksi 2016 sebesar 20.293 TNi.

“Cash cost komoditas utama Antam, yakni feronikel tetap kompetitif pada 2016. Angkanya jauh lebih rendah dari rata-rata cash cost produsen feronikel dunia yang mencapai US$4,82 per pon berdasarkan studi Wood Mackenzie,” ujar Tedy Badrujaman, Direktur Utama Antam, Selasa (28/2).

Dia menambahkan melalui efisiensi berkelanjutan serta beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pomalaa, cash cost feronikel makin dapat diturunkan dan meningkatkan profitabilitas.

Sepanjang 2016, Antam mencatat efisiensi sebesar Rp48,7 miliar atau 134 persen dari target efisiensi sebesar Rp36,4 miliar. Capaian terbesar efisiensi berasal dari Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara yang mencatat nilai efisiensi Rp18 miliar.(AT)