JAKARTA – PT Chevron Pacific Indonesia menyetujui perubahan metode desain pengembangan di proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) untuk Lapangan Gendalo dan Gehem. Seiring perubahan metode tersebut, persetujuan revisi rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) diharapkan bisa segera terealisasi.

“Kami sepakat dengan Chevron untuk merubah desain IDD, kalau dulu menggunakan desain Floating Production Unit (FPU), sekarang diubah menjadi Shallow Water Platform,” kata Sukandar, Wakil Kepala SKK Migas di Jakarta, belum lama ini.

Menurut Sukandar, FPU sangat identik dengan pengembangan laut dalam. Berbeda dengan Shallow Water Platform yang umum diterapkan untuk pengembangan perairan dangkal.

Perubahan metode tentu berdampak pada biaya pengembangan. Untuk itu, SKK Migas dan kontraktor juga telah menyepakati estimasi biaya pengembangan sekitar US$5 miliar, turun dari proyeksi biaya pengembangan awal yang mencapai US$12,8 miliar.

Selain itu, perubahan desain pengembangan juga akan berdampak dengan industri penunjang migas dalam negeri. Pasalnya, metode Shallow Water Platform sudah akrab dengan industri dalam negeri. Artinya porsi untuk Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) juga bisa bertambah besar di proyel IDD. “Nah ini bisa diproduksi dalam negeri,” tukas Sukandar.

Dalam road map pengembangan IDD, SKK Migas dan Chevron sepakat agar PoD bisa disetujui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tahun ini. Sembari menunggu PoD, pelaksanaan Front End Engineering Design (FEED) akan dilakukan hingga akhir 2019. Selain itu, Chevron akan mulai memasukkan dokumen untuk perizinan Analisisi mengenai dampak lingkungan (Amdal) ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Lapangan Gendalo dan Gehem yang akan dikembangkan ditargetkan mampu mencapai produksi puncaknya pada 844 juta kaki kubik per hari (mmscfd) dan 27 ribu barel per hari (bph). “Kami targetkan mulai produksi medio 2023-2024,” tandas Sukandar.(RI)