BATANG – PT Bhimasena Power Indonesia, perusahaan konsorsium yang bertanggung jawab membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang, Jawa Tengah berkapasitas 2 x1.000 megawatt (MW) mengklaim persiapan konstruksi fisik proyek tersebut telah mencapai 90%. Saat ini proses pengadaan lahan seluas 226 hektar telah tuntas dan areal lokasi PLTU sudah mulai dibersihkan dan diratakan untuk kesiapan proses konstruksi.

Mohammad Effendi, Presiden Direktur Bhimasena, mengatakan persiapan untuk proses kontruksi terus dilakukan. Perusahaan berharap pembangunan PLTU dapat selesai tepat waktu pada 2020.“Setelah pembebasan lahan tuntas, proses kontruksi akan segera kami lakukan. Besarnya dukungan pemerintah terhadap proyek ini menunjukkan PLTU Jawa Tengah memiliki nilai strategis bagi ekonomi nasional,” kata Effendi di Batang, Rabu.

Bhimasena ditetapkan sebagai konsorsium yang memenangkan lelang proyek PLTU Batang. Sebagai perusahaan konsorsium, kepemilikannya terdiri dari PT Adaro Energy 34%, J-Power 34%, dan Itochu 32%. Proyek ini mendapatkan pendanaan dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC).

Effendi mengatakan, proyek PLTU ini merupakan bagian dari upaya pemerintahIndonesia untuk mengoptimalkan sumber daya alam Indonesia bagi pembangunan. Apalagi  seiring dengan populasi yang terus bertambah kebutuhan energi akansemakin besar. Melalui pembangunan PLTU Jawa Tengah diharapkan kebutuhan listrik nasional yang tumbuh sekitar 8% per tahun dapat terpenuhi.

“Dengan komitmen dan dukungan dari pemegang saham dan pemerintah, Bhimasena optimis pembangunan PLTU ini akan menjadi bagian dari solusi nasional dalam memenuhi kebutuhan energi,” tambah Effendi dalam keterangan tertulisnya.

Sementara itu, sebagai bagian dari komitmen sosial kepada masyarakat dalam rangka proyek pembangunan PLTU Jawa Tengah, Bhimasena kembali melaksanakan penyaluran program kompensasi sosial kepada lebih dari 700 petani terdampak di sekitar area PLTU. Dana tersebut disalurkan sambil perseroan menyiapkan lahan pengganti, pekerjaan pengganti dan kemampuan kewirausahaanyang masih dalam proses persiapan.

Program tersebut diperuntukkan bagi para buruh tani dan petani penggarap yang berasal dari tiga desa terdampak,yaitu Desa Ujungnegoro, Desa Ponowareng dan Desa Karanggeneng.Besaran nilai yang diberikan sebagai kompensasi sosial telah dihitung dengan rata-rata luas lahan garapan, jumlah kali tanam, panen dan produksirata-rata per tahun yang ditentukan melalui SK Bupati Batang. Dari pertimbangan tersebut, mereka akan menerima dana kompensasi Rp 375.000 untuk petani terdampak, dan Rp 450.000 untuk buruh tani yang terdampak.

“Jadi perlu kami sampaikan, kepada petani dan buruh tani terdampak, Bhimasena memberikan kompensasi sosial sebagai solusi jangka pendek. Sebagai solusi jangka panjang, sedang disiapkan lahan garapan pengganti untuk petanipenggarap yang terdampak dan kami juga menawarkan alternatif pekerjaan pengganti,” tandas Effendi.(AT)