JAKARTA-PT Inovisi Infracom Tbk (INVS), perusahaan investasi yang bergerak di bidang telekomunikasi, media dan teknologi, energi dan sumber daya alam, hingga jasa rekayasa, menyatakan akan fokus  di sektor minyak dan gas (migas)  serta infrastruktur dalam pengembangan bisnis perusahaan. Effendy Situmorang, Direktur Utama Inovisi, mengatakan langkah perusahaan terjun di bisnis migas tersebut terpapar risiko tinggi, terlebih lagi Inovisi berencana masuk ke industri hulu saat harga minyak menurun.

“Industri minyak dan gas memiliki potensi besar. Sekarang memang sulit, tapi empat hingga lima tahun mendatang jauh lebih baik,” kata Effendy yang mantan Komisaris PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) ini kepada Dunia-Energi di Jakarta, belum lama ini.

Perusahaan ini dulunya bernama PT Cipta Media Rekatama. Awalnya, perseroan hanya bergerak di telekomunikasi sebelum akhirnya melebarkan bisnisnya ke beberapa industri di atas. Inovisi pernah mengambilalih sekitar 75% saham PT Cakra Daya Energy, perusahaan yang bergerak di jasa energi minyak dan gas bumi.

Sebagai langkah awal pengembangan bisnis, para pemegang saham Inovisi sepakat untuk merombak jajaran direksi dan komisaris. Dengan perubahan susunan pengurus baru, diharapkan perseroan bisa memfinalisasi laporan keuangan sebagai syarat dibukanya suspend saham emiten energi dan minyak gas ini oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI).

“Perubahan susunan pengurus Inovisi ini untuk menyikapi suspend saham INVS selama dua tahun terakhir,”  jelas Effendy.

Effendy sebagai nakhoda baru Inovisi akan didampingi  Panthur Silaban (Direktur Independen) dan Dimass Anugrah Argo Atmaja (Direktur). Di jajaran komisaris diisi Boyke Siahaan sebagai Presiden Komisaris, Beresman Siburian (Komisaris Independen) dan Rashyad Chasan (Komisaris).

Dia mengatakan, dalam rangka memfinalisasi laporan keuangan, pemegang saham juga menyetujui penunjukkan kantor akuntan publik (KAP) Jamaludin, Ardi, Sukimto dan Rekan. “KAP ini akan melaksanakan audit pembukukan perseroan untuk tahun 2014 dan 2015, termasuk kuartal I 2016,” katanya.

Sebelum mengeksekusi rencana bisnis, Inovisi berencana menyelesaikan laporan keuangan agar suspensi dari PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat segera dicabut. Saham Inovisi di-suspend sejak 12 Februari 2015. BEI menghentikan sementara perdagangan saham karena perusahaan belum menyampaikan laporan keuangan interim serta belum membayar denda.

Ketika di-suspend, saham INVS ini berada di kisaran Rp 117 per lembar. Padahal dulu sahamnya pernah menyentuh titik tertinggi di Rp 2.575 pada perdagangan 28 Juni 2013.

Dimass Anugrah Argo Atmaja, Direktur Inovisi, mengatakan Inovisi telah menunjuk kantor akuntan publik terdaftar yaitu Jamaludin, Ardi, Sukimto, dan Rekan sebagai auditor pembukuan perseroan 2014, 2015, dan Kuartal I 2016 untuk menyelesaikan masalah laporan keuangan tersebut. Dia menargetkan masalah laporan keuangan dapat selesai antara tiga hingga enam bulan. “Bagus kalau bisa di bawah tiga bulan,” kata dia. Saat ini perusahaan sedang menunggu pelimpahan data keuangan dari pengurus sebelumnya.

Dalam RUPS perseroan di Jakarta pada 7 Maret 2017, disepakati pemindahan kantor Inovisi yang baru terletak di Patra Office Tower lantai 20, Jalan Gatot Subroto kavling 32-34, Jakarta Selatan, Indonesia. Pemegang saham INVS juga telah menyetujui pernyataan kembali seluruh anggaran dasar perseroan secara sistematis. Hal ini sehubungan dengan adanya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 32/POJK.04/2014 tentang Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka.

INVS disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) per 13 Februari 2015. BEI merasa perlu menghentikan sementara perdagangan saham Inovisi untuk menelaah laporan keuangan INVS kuartal III 2014. (DR/LH)