JAKARTA – Pengembangan lapangan migas Kasuri kembali tertunda. Ketidakpastian siapa yang akan menyerap gas menjadikan proyek di wilayah Papua yang sebelumnya ditargetkan mulai dikembangkan pada akhir Januari 2017 tersebut menjadi molor.

Taslim Z. Yunus, Kepala Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), mengatakan kepastian pembeli gas merupakan salah satu komponen nilai keekonomian lapangan dari sisi komersialisasi suatu lapangan yang harus dipenuhi sebagai syarat agar rencana pengembangan (plan of development/PoD) disetujui pemerintah.

“Masalah komersial, siapa pembelinya belum jelas dari sisi komersial kalau mau PoD kan harus ada head of agreement (HoA), gasnya mau dijual kemana,” kata Taslim di Jakarta.

Menurut dia, selain sisi komersialitas hasil produksi, sebenarnya berbagai aspek persiapan pengembangan proyek Kasuri sudah matang, seperti dari subservice maupun kesiapan fasilitas dan infrastruktur.

Pengembangan Blok Kasuri, di Papua Barat dioperatori oleh Genting Oil Kasuri Pte Ltd. Sejauh ini perusahaan asal Malaysia itu telah menggelontorkan investasi sekitar US$900 juta untuk pengembangan 10 sumur dari tiga struktur yang ada.

Lebih lanjut Taslim mengungkapkan Genting Oil sempat mengajukan ide terkait harga gas yang akan dipasarkan, yakni menggunakan skema conditional price yang artinya harga gas bergerak dan ditetapkan pada range tertentu, sehingga PoD bisa segera dikaji untuk disetujui. Namun demikian pemerintah masih belum memberikan lampu hijau terhadap ide tersebut.

“Kalau memang disetujui dengan conditional tadi maka bisa dilanjutkan ke menteri. PoD pertama kan harus persetujuan Pak Menteri,” ungkap Taslim.

SKK Migas menargetkan kapasitas produksi Blok Kasuri bisa mencapai sebesar 285 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Genting Oil menargetkan Blok Kasuri bisa on stream tiga tahun setelah PoD disetujui.

Konsep komersialisasi gas yang diusung Genting Oil adalah dengan membangun fasilitas pengolahan gas di bibir pantai. Tujuannya untuk mengefisiensikan biaya ketika ditemukan cadangan di sumur lainnya.

“Dia (Genting Oil) mau bangun pabrik LNG di pinggir pantai, jadi bisa kalau habis ditarik kemana-mana jadi tidak fix di darat,” tandas Taslim.(RI)