JAKARTA – PT ABM Investama Tbk (ABMM), emiten energi terintegrasi, mencatat laba bersih US$12,63 juta pada 2016, dibanding tahun sebelumnya yang membukukan rugi bersih US$38,05 juta. Raihan laba bersih terutama ditopang keberhasilan perseroan menekan beban pokok pendapatan, beban penjualan, umum dan administrasi serta biaya keuangan.

Sepanjang tahun lalu ABM membukukan pendapatan US$590,69 juta, turun 9,7% dibanding 2015 yang meraih pendapatan US$654,58 juta. Disisi lain, beban pokok pendapatan berhasil ditekan hingga turun 12,33% menjadi US$462,78 juta. Dengan penurunan beban pokok yang lebih besar dibanding pendapatan, ABM membukukan laba kotor US$127,91 juta, lebih
besar dibanding raihan 2015 sebesar US$127,16 juta.

Tidak hanya beban pokok, beban penjualan, umum dan administrasi juga ditekan hingga 40,19% menjadi US$61,58 juta pada tahun lalu dibanding 2015 yang mencapai US$102,65 juta. Dengan penurunan beban penjualan yang signifikan, meski pendapatan lainnya turun dan beban lainnya naik, ABM mencatat kenaikan laba usaha yang signifikan dari US$4,9 juta menjadi US$42,32 juta.

Perseroan juga mencatat pendapatan keuangan naik 46,99% menjadi US$7,07 juta dan biaya keuangan turun 15,27% menjadi US$35,02 juta pada 2016. Seiring dengan itu, ABM membukukan laba sebelum pajak sebesar US$14,82 juta dibanding 2015 yang rugi US$30,73 juta.

Manajemen ABM sebelumnya telah menyatakan akan tetap melanjutkan program efisiensi di segala segmen. Salah satu langkah nyata dari upaya efisiensi yang dilakukan ABM adalah melakukan perampingan dari supply chain sehingga banyak biaya yang dapat terus dipangkas. Strategi efisiensi ini akan sangat terasa dampaknya ketika harga batubara mulai membaik.

“Berkat program efisiensi yang kami lakukan, biaya operasional bisa ditekan dan beban perusahaan juga berkurang. Situasi bisnis saat ini mengharuskan kami untuk menciptakan keseimbangan biaya yang baru,” kata Adrian Erlangga Sjamsul, Direktur Keuangan.

Pada 2016, kontribusi pendapatan utama ABM masih berasal dari kontraktor tambang dan tambang batu bara yang mencapai 64,57% atau US$381,07 juta dari total pendapatan perseroan. Selain itu, perseroan juga mencatat pendapatan US$96,25 juta dari jasa sewa mesin pembangkit tenaga listrik, US$66,88 juta dari jasa logistic dan sewa kapal dan US$34,83 juta dari divisi site services dan repabrikasi. Serta US$11,64 juta dari pendapatan pabrikasi.(AT)