JAKARTA – Pemerintah dinilai tidak konsisten mendorong penggunaan energi bersih melalui penggunan bahan bakar minyak (BBM) berkualitas  dengan standar Euro 4 dan secara bertahap ke Euro 6. Setelah mengurangi bertahap penggunaan BBM dengan research octane number (RON) 88 yang didistribusikan PT Pertamina (Persero), kini pemerintah justru memberi izin swasta menjual BBM dengan RON 88.

“SPBU yang barusan diresmikan (Vivo) oleh Menteri ESDM masih menjual BBM dengan standar RON 88,” ujar Noviandri, Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB), Jumat (27/10).

Pekerja Pertamina yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Pertamina juga mempertanyakan tindakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan yang meresmikan SPBU Vivo yang dioperasikan PT Vivo Energy Indonesia di Cilangkap, Jakarta Timur pada Kamis (26/10).

SPBU Vivo sebelum acara peresmian bahkan masih menulis produk Revvo 88 di SPBU Vivo Cilangkap. Baru pada saat peresmian sudah diganti menjadi Revvo 89.

“RON 88 pernah dicap oleh pemerintah sebagai barang busuk melalui Ketua Tim Tata Kelola Migas dan melarang Pertamina menjualnya. Tentu sebagai perusahaan negara harus tunduk dengan keputusan pemerintah walau Pertamina harus mengeluarkan biaya untuk merubah infrastruktur dan mode kilang,” ungkap Noviandri.

Apalagi saat ini, menurut Noviandri, banyak penugasan yang diberikan pemerintah kepada Pertamina di mana biaya yang timbul menjadi beban Pertamina. Ini telah memberatkan kegiatan operasional Pertamina.

“FSPPB tentunya tidak akan tinggal diam menyikapi soal ini dan kami akan berkirim surat ke Presiden Jokowi untuk menyampaikan permasalahan ini. Menurut kami sangat tidak sejalan dengan konsep Nawa Cita,” tegas Noviandri

Ego Syahrial, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM, mengatakan pemerintah segera membahas lebih lanjut persoalan penjualan BBM dengan oktan rendah ini dengan berbagai stake holder,  termasuk dengan Pertamina yang selama ini diberikan tugas menyalurkan BBM dengan RON 88.

“Minggu depan pak Menteri akan mengumpulkan direksi Pertamina, BPH Migas, SKK Migas. Tujuannya satu, kita kan cuma mikirin bangsa ini. Yang penting harga murah dan terjangkau. Jadi masing-masing punya cara pandang berbeda,” ungkap Ego.

Kemunculan Vivo memang mengundang perhatian banyak pihak. Pasalnya BBM yang ditawarkan memiliki RON 89 yang merupakan BBM dengan tingkatan oktan pertama di Indonesia dan memiliki harga yang justru lebih murah yakni seharga Rp 6.100 dibandingkan BBM khusus penugasan yang dijual Pertamina dengan RON 88 seharga Rp 6.450.(RI)