JAKARTA– PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR), emiten pertambangan batubara, memproyeksikan pertumbuhan kinerja sepanjang 2017 naik 50% daripada realisasi tahun lalu. Sepanjang 2016, perseroan mencatatkan penjualan dan laba bersih masing-masing US$ 242,6 juta atau sekitar Rp 3,28 triliun (kurs Rp13.500) dan US$ 27,42 juta atau sekitar Rp370,17 miliar.

Penjualan batubara terbesar perseroan ke India senilai US$ 76,79 juta. Setelah itu, ke China US$ 38,63 juta, Korea Selatan US$ 12,05 juta, dan Malaysia US$ 3,73 juta serta Hong Kong dan Filipina masing-masing US$ 2,24 juta dan US$ 1,28 juta. “Penjualan domestik tahun lalu mencapai US$ 31,39 juta,” ujar Eric Rahardja, Direktur Keuangan Baramulti.

Menurut dia, pasar batubara India dan China tahun ini tidak menjadi fokus perseroan. Baramulti akan memacu penjualan batubara ke pasar domestik dan Korea Selatan. Tahun lalu, Baramulti mengandalkan ekspor ke India sebesar 38%, China 18%, Korea Seltan 8%, dan domestik 18%.

“Kami memperkirakan kontribusi penjualan domestik naik dari 18% menjadi 30% tahun ini. Ekspor ke Korea Selatan juga berpotensi naik dari 8% menjadi 15%,” katanya.

Menurut Eric, peningkatan pasokan batubara ke domestik seiring meningkatnya pembangunan pembangkit listrik tenaga uap. Baramulti memperkirakan hingga delapan tahun ke depan permintaan batubara domestik akan naik dua kali lipat dibandingkan saat ini.

“Kami menargetkan tahun ini bisa memproduksi minimal 10 juta ton (naik dari tahun lalu 7,94 juta ton) yang berasal dari tambang Antang Gunung Meratus (anak usaha Baramulti) di Kalimantan Selatan,” ujarnya.

Untuk mencapai target tersebut, Baramulti mengalokasikan belanja modal sebesar sekitar US$ 13,4 juta, naik dibandingkan belanja modal tahun lalu sebesar US$ 10,2 juta. Sebanyak US$ 5,5 juta belanja modal perseroan tahun ini dialokasikan untuk eksplorasi, US$ 3,6 juta untuk fasilitas pendukung lain, dan US$ 3,57 juta untuk fasilitas infrastruktur. Sisanya, untul belanja alat berat dan mesin. (RA/DR)