JAKARTA – Pemerintah menerima hibah dari Bank Dunia sebesar US$55,25 juta atau sekitar Rp 734,8 miliar (kurs Rp 13.300) untuk mendukung proyek pengembangan hulu energi panas bumi. Dana hibah diputuskan Dewan Eksekutif Bank Dunia di Washington Jumat dini hari.

Hibah Bank Dunia memiliki dua komponen dengan tujuan yang berbeda. Pertama, Clean Technology Fund (CTF) sebesar US$ 49 juta untuk mendukung pengembangan infrastruktur serta pengeboran eksplorasi.

Kedua, Global Environment Facility (GEF) senilai US$6,25 juta untuk mendukung bantuan teknis. Tujuannya, meningkatkan kapasitas terkait eksplorasi tenaga panas bumi, termasuk proses pelaksanaan kebijakan perlindungan (safeguards due diligence).

Rodrigo Chaves, Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, mengatakan keterbatasan pasokan listrik menghambat potensi pertumbuhan dan membatasi peluang masa depan bagi jutaan penduduk Indonesia.

“Hibah ini akan membantu mengembangkan potensi panas bumi Indonesia yang sangat besar. Bank Dunia mendukung upaya pemerintah untuk mencapai akses listrik 100 persen yang modern dan handal secepat mungkin,” ujar Chaves dalam keterangan tertulisnya, Jumat (10/2).

Peter Johansen, Senior Energy Specialist Bank Dunia menambahkan, proyek ini memberi penekanan khusus untuk kawasan timur Indonesia, yang memiliki persentase keluarga tanpa listrik modern dan andal yang jauh lebih tinggi.

“Dukungan Bank Dunia untuk mengembangkan tenaga panas bumi di Indonesia merupakan komponen penting dari Kerangka Kerja Kemitraan Negara Kelompok Bank Dunia di Indonesia,” ungkap dia.

Menurut Johansen, kerangka kerja tersebut memberi penekanan terhadap prioritas-prioritas Indonesia yang bisa membawa dampak perubahan besar.(ES)