Jaringan pipa distribusi gas PGN.

Jaringan pipa distribusi gas PGN.

JAKARTA – PT PGN (Persero) Tbk terus berupaya memperkuat bisnis intinya di sektor hilir gas. Untuk 2013, emiten energi berkode PGAS ini telah menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) antara USD 400 – 500 juta, untuk investasi dalam pembangunan infrastruktur baru distribusi gas, termasuk merampungkan terminal LNG yang kedua di Lampung.

Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PGN, M Wahid Sutopo mengungkapkan, saat ini PGN masih sedang fokus untuk pengembangan infrastruktur, guna menguatkan coor bisnis intinya, yakni penyalur gas domestik. Menurutnya, PGN akan terus memperkuat bisnisnya lebih ke hilir, meski seiring dengan itu ada juga rencana untuk memperkuat posisi di bisnis hulu gas.

“Masuk ke bisnis hulu merupakan upaya kita untuk memperkuat pasokan, ditengah makin meningkatnya permintaan dari konsumen gas di dalam negeri, khususnya dari kalangan industri. Langkah ke hulu sangat didukung oleh pemegang saham,” ujar Wahid di Jakarta, Rabu, 26 Juni 2013.

Sejauh ini, tambah Wahid, bisnis distribusi gas di dalam negeri, semakin menarik, dan PGN mampu bersaing pada harga yang kompetitif. Ia mencontohkan harga rata-rata gas PGN ke konsumen, saat ini sebesar USD 9,6 per MMBTU.

Harga gas PGN ini lebih murah dibandingkan LPG untuk rumahtangga yang mencapai USD 10,5 per MMBTU, dan LPG untuk industri yang mencapai USD 16 – 12 per MMBTU. Harga gas internasional saat ini pun di kisaran USD 25 – 30 per MMBTU.

Butuh Dukungan Regulasi

Namun agar tugas PGN menyalurkan gas ke seluruh wilayah Nusantara berjalan efektif, menurut Wahid dibutuhkan dukungan regulasi dari pemerintah. Diantaranya yang pertama, regulasi dalam penggunaan lahan untuk pembangunan infrastruktur. “Sejauh ini pembangunan infrastruktur penyaluran gas oleh PGN, belum dimasukkan kategori kepentingan umum,” ujarnya.

Kedua, PGN membutuhkan dukungan regulasi dalam menetapkan toll fee (biaya distribusi). Harus dipilah mana yang wilayahnya sulit dan mana yang lebih mudah pengadaan infrastrukturnya. Kondisi wilayah sangat mempengaruhi biaya pembangunan infrastrukturnya.

Lalu yang ketiga, PGN membutuhkan dukungan regulasi dalam hal prioritas pasokan gas dari produsen di hulu. “PGN siap membangun infrastruktur penyaluran gas di seluruh wilayah Tanah Air, tapi pasokan gas dari hulunya siap atau tidak? Kalau tidak, apa yang mau disalurkan? Dalam hal ini PGN mestinya mendapatkan prioritas, karena kaitannya dengan keamanan pasokan energi di dalam negeri,” tukasnya.

(Abraham Lagaligo / abrahamlagaligo@gmail.com)