JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina Hulu Energi akan menjalankan strategi pengelompokan (kluster) terhadap lapangan minyak dan gas yang dikelola, salah satunya di Kalimantan Utara.  Langkah ini dilakukan untuk mengoptimalkan produksi gas yang melimpah, namun selama ini sulit dimonetisasi.

Gunung Sardjono Hadi, Presiden Direktur PHE, mengatakan keberadaan blok-blok marjinal di Kalimantan Bagian Utara akan dimanfaatkan untuk bisa menghasilkan gas yang dibutuhkan industri dan memberikan kepastian suplai gas dalam jumlah besar.

“Seperti Nunukan kami punya 60 MMSCFD, tapi hanya bisa delapan tahun. Untuk investasi, seperti pabrik kan membutuh kepastian security of supply sekitar sekian tahun, misalnya 20 tahun. Itu yang menimbulkan secara partial tidak gampang, karena itu kita coba bikin cluster kaltara,” kata Gunung di Jakarta, Rabu (7/9).

Menurut Gunung, selama ini PT PLN (Persero) menjadi salah satu penyerap gas utama PHE, namun negosiasi tidak berjalan lancar lantaran aturan PLN yang kerap kali lebih memilih menggunakan bahan baku lebih murah sehingga penyerapan gas tidak berjalan dengan maksimal.

“Memang tidak mudah negosisasi dengan PLN yang menggunakan bahan baku termurah. Jadi kalau saat ini paling murah coal, dia gunakan coal. Kalau LNG murah dia pake itu, tapi mereka juga bilang butuh gas,” kata dia.

Lebih lanjut Gunung mengungkapkan dalam proses negosisasi, prinsipnya PLN ingin membeli gas landed-nya sekitar US$6-US$7 per MMBTU. Angka tersebut dipastikan sulit tercapai karena angka di upstream sendiri sekitar US$7 per MMBTU belum termasuk toll fee dan lainnya. Padahal menurut Gunung saat harga minyak mencapai US$100-an per barel, harga  LNG dikisaran US$19-US$20 per MMBTU.

“Kondisi sekarang ya bgini tapi kan dinamis. Mereka juga nerima LNG namun tetap ada batasannya,” tambahnya.

Menurut Gunung, jika sudah diintegrasikan antara Blok Nunukan, Simenggaris dan Ambalat maka gas yang dihasilkan bisa mencapai 90 MMSCFD selama 26 tahun. Dengan kemampuan suplai yang besar diyakini bisa membuat industri tertarik untuk menggunakan gas tidak hanya mengandalkan PLN sebagai pembeli utama pupuk serta petrokimia.

“Jika sebesar itu maka akan tertarik misalkan pupuk kan karena selama 20 tahun, IRR dia juga kan terjamin,” Gunung.(RI)