JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (Persero) (PTBA), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, menerapkan sejumlah strategi dan terobosan guna mengatasi kendala pengangkutan batu bara dan mendukung peningkatan produksi dan penjualan.

“Kita punya kendala di angkutan. Ada beberapa skenario, salah satunya kembangkan satu dermaga lagi, yang tanahnya sudah kita bebaskan. Kita juga lakukan studi dengan partner untuk kembangkan Bukit Asam Trans Railway,” ujar Arviyan Arifin, Direktur Utama Bukit Asam di Jakarta, pekan lalu.

Untuk angkutan menggunakan kereta api, PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah berkomitmen untuk mengangkut batu bara dari lokasi tambang sebesar 21,7 juta ton menuju Pelabuhan Tarahan di Bandar Lampung dan Dermaga Kertapati di Palembang.

Pada 2016, angkutan batu bara dari lokasi tambang ke pelabuhan pengiriman tercatat 17,72 juta ton atau 12% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.

Bukit Asam resmi mengoperasikan peningkatan kapasitas Pelabuhan Tarahan di Bandar Lampung menjadi 25 juta ton per tahun dengan kapasitas sandar kapal hingga 210 ribu tonase bobot mati atau deadweight tonnage (DWT) pada Juni 2015.

Pelabuhan Tarahan milik Bukit Asam menjadi pelabuhan komersial pertama berkapasitas 210 ribu DWT dengan investasi senilai Rp 2 triliun.
Pelabuhan Tarahan sebelumnya memiliki satu dermaga dengan kapasitas sandar 80 ribu DWT (panamax) dan satu buah dermaga tongkang dengan kapasitas 10 ribu DWT.

Dengan tambahan dermaga baru, Bukit Asam saat ini memiliki tiga dermaga, yang semuanya dapat beroperasi secara bersamaan.

Bukit Asam juga menambah fasilitas alat muat ke kapal atau ship loader dengan kapasitas 6 ribu ton per jam. Dengan demikian, kapal ukuran 210 ribu DWT dapat terisi penuh dalam waktu kurang dari tiga hari.

Selain itu, dibangun juga fasilitas pembongkaran batu bara dari gerbong kereta api (RCD) sebanyak dua unit dengan kapasitas bongkar dua gerbong sekaligus. Pengoperasian ini membuat Pelabuhan Tarahan dapat melayani pembongkaran batu bara untuk empat rangkaian kereta api sekaligus.

Sepanjang tahun lalu, Bukit Asam membukukan volume penjualan batu bara 20,75 juta ton, naik sembilan persen dibanding tahun sebelumnya 19,1 juta ton.

Seiring kenaikan penjualan, perseroan berhasil mencatat pendapatan sebesar Rp 14,06 triliun atau naik dua persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 13,85 triliun.

Untuk 2017, Bukit Asam menetapkan target volume penjualan sebesar 27,29 juta ton, 31% lebih tinggi dibanding realisasi 2016. Sebesar 15,93 juta ton di antaranya untuk memenuhi permintaan domestik dan rencana ekspor sebesar 11,36 juta ton.

Arviyan mengatakan, Bukit Asam merencanakan produksi dan pembelian batu bara sebesar 27,09 juta ton, naik 30% dari realisasi sebesar 20,82 juta ton di 2016. Dari 27,03 juta ton itu, produksi Bukit Asam sendiri ditarget 24,07 juta ton, kemudian 3,09 juta ton dari pembelian yang dilakukan anak-anak usahanya.

“Selain mengejar capaian target operasional 2017, Bukit Asam tetap pada komitmen untuk melaksanakan efisiensi secara terus menerus di semua lini, dengan memberikan penekanan pada supply chain system mulai dari sistem operasional penambangan, sistem penanganan batu bara di pelabuhan,” tandas Arviyan.

Rombak Direksi

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bukit Asam menyetujui pergantian dua direksi, yakni direktur keuangan yang sebelumnya dijabat Achmad Sudarto kini dijabat Orias Petrus Moedak. Serta direktur pengembangan usaha yang sebelumnya dijabat Anung Dri Prasetyo kini diduduki Fuad Iskandar Zulkarnain Fachroeddin.

Tidak hanya itu, dalam rapat ini diputuskan pergeseran jabatan, Joko Pramono yang sebelumnya menjabat sebagai direktur operasi beralih menjadi direktur SDM dan umum. Posisi direktur operasi kemudian diisi Suryo Eko Hadianto. Suryo Eko Utomo sebelumnya sebagai direktur pengembangan usaha.

Orias Petrus Moedak sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia III (Persero). Dan sebelum menjadi orang pertama di PT Pelindo III, pria kelahiran Kupang, Nusa Tenggara Timur itu menduduki jabatan Direktur Keuangan PT Pelindo II.

Fuad Iskandar Zulkarnain Fachroeddin sebelumnya pernah menduduki jabatan sebagai komisaris di anak perusahaan PT Indosat.

Di jajaran komisaris juga terjadi perubahan, RUPST menyetujui pengangkatan Johan O Silalahi diangkat menjadi komisaris independen menggantikan S. Koesnaryo. Kemudian Heru Setyobudi Suprayogo ditunjuk sebagai komisaris menggantikan Leonard.(RA/ES)