JAKARTA – PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) melalui anak usahanya, PT Gorontalo Minerals, telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan Nusantara Smelting untuk mengembangkan kerja sama dalam memasok konsentrat tembaga ke fasilitas peleburan dan pemurnian (smelter). Gorontalo Minerals ditargetkan mulai berproduksi komersial pada pertengahan 2019.

“Estimasi sumber daya Gorontalo Minerals sebesar 400.6 Mt @0,48% Cu dan 0,43 g/t Au (KCMI) dari Sungai Mak, Cabang Kiri, Motomboto East, Motomboto North dan Kayubulan,” kata Suseno Kramadibrata, Presiden Direktur Bumi Minerals di Jakarta, Rabu (14/12).
Gorontalo Minerals memiliki hak konsesi kontrak karya untuk pertambangan emas dan tembaga seluas 24.995 hektar yang terletak di Kabupaten Bone, Bolango, Provinsi Gorontalo.

Menurut Suseno, studi kelayakan pada proyek Sungai Mak telah disetujui pemerintah Indonesia pada 2014 dengan cadangan bijih 105 Mt @0.70% Cu dan 0.33 g/t Au. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) di proyek Sungai Mak sedang berjalan.

Di sisi lain anak usaha Bumi Minerals lainnya, PT Dairi Prima Mineral, telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan NFC China untuk mengembangkan dan memproduksi cadangan seng serta timah hitam.

“Diharapkan, dana dari China bisa keluar pertengahan 2017. Paling lambat kuartal III, sehingga pada kuartal IV bisa jalan,” ungkap Suseno.
Dairi Prima merupakan tambang seng dengan kualitas yang tinggi yang terletak di Sumatera Utara dan akan dikembangkan dengan operasi tambang bawah tanah. Kontrak Karya yang ditandatangani bersama dengan pemerintah pada tahun 1998, sesuai dengan jangka waktu 30 tahun sejak dimulainya produksi.
“Dairi Prima telah memperoleh izin pertambangan underground sejak Juli 2012,” kata Suseno.
Dairi Prima mempunyai salah satu deposit seng dengan kualitas grade sebesar 11,5% Zn, 6,8% Pb, dan 7,5 g/t Ag. Usia tambang 8 tahun dari Anjing Hitam (5,8 Mt ore). Usia tambang 15 tahun dari Anjing Hitam + Lae Jahe (11 Mt ore).
Jumlah keseluruhan sumber daya tambang Dairi Prima sebesar 25 Mt yang meliputi, Anjing Hitam = 8 Mt, Lae Jahe = 16 Mt, Base Campe= 0,8 Mt. Dairi Prima ditargetkan berproduksi komersial pada tahun 2018.
Bumi Minerals juga memiliki anak usaha berbendera PT Citra Palu Minerals, yang memiliki hak konsesi pertambangan seluas 85.180 hektar di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Kontrak wilayah terdiri dari lima blok terpisah, dimana estimasi sumber daya mineral emas di Poboyo berdasarkan penambahan 12 lubang bor baru sebesar 6,7 juta ton @4,33 g/t gold, 939.000 Oz (KCMI).
Citra Palu telah memperoleh izin pinjam pakai untuk kegiatan eksplorasi pada September 2011. Saat ini, Citra Palu sedang melakukan penyelesaian studi kelayakan dan persiapan Amdal di prospek emas Poboya. Citra Palu Minerals ditargetkan berproduksi komersial pada 2019.
Kinerja Keuangan
Herwin W Hidayat, Investor Relations Bumi Minerals, menjelaskan kinerja keuangan perusahaan selama semester I 2016 mencatat rugi bersih sebesar US$ 150,25 juta. Kerugian disebabkan penurunan nilai penjualan aset, yakni PT Newmont Nusa Tenggara menjadi hanya sebesar US$ 876 juta. Semula, nilai estimasi penjualan aset Newmont sebesar US$1,1 miliar.
“Jadi, ada minus US$ 183 juta, karena asset impairment Newmont,” tukas dia.

Menurut Herwin, hingga saat ini Bumi Minerals belum mencatat pendapatan operasional, setelah menjual aset Newmont.
“Belum bisa dibilang ada operational income, karena tiga aset kita (anak usaha) belum berproduksi. Pada semester I, revenue kita sebesar US$ 2,17 juta itu dari Bumi Resources Jepang, untuk marketing fee,” tandas Herwin.(RA)