JAKARTA – Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) menilai batu bara masih menjadi bahan sumber energi paling terjangkau atau termurah untuk listrik. Data 2014, untuk memperoleh 1 KWh dengan bahan bakar batu bara senilai Rp 378. Sementara jika dengan bahan bakar minyak, biaya yang dibutuhkan mencapai 7,5 kali atau sebesar Rp 2.835.
Pandu Syahrir, Ketua Umum APBI, mengatakan sekitar 66% dari pembangkit listrik di tanah air hingga saat ini adalah berbasis batu bara. “Program kelistrikan nasional dari 35 GW sangat penting untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Porsi pembangkit batu bara ditargetkan sekitar 20GW. Jika porsi batu bara dikurangi, maka harga listrik diperkirakan akan naik,” kata Pandu di Jakarta, Kamis (19/5).

Pandu menuturkan pasokan batu bara untuk kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dalam negeri diperkirakan akan meningkat signifikan dalam kurun waktu lima tahun ke depan.

“Realisasi pada 2015 sekitar 70,8 juta ton dan pada 2020 diperkirakan sekitar 177,5 juta ton. Batu bara dalam empat tahun terakhir ini memiliki porsi utama dalam bauran energi (energy mix) nasional, dimana porsi batu bara mencapai 48℅ pada 2014,” tutur Pandu.

Pandu memaparkan, di dalam bauran energi nasional yang disusun oleh Dewan Energi Nasional (DEN), dari periode 2013 hingga 2030 porsi batu bara masih memegang peranan penting yaitu sekitar 30% dan di tahun 2050 sekitar 25%.

Pandu menambahkan, dari segi PNBP di sektor pertambangan mineral dan batu bara, PNBP dari sub-sektor Pertambangan batubara berkontribusi sekitar 80%.

“Multiplier effect sektor pertambangan menurut Price Waterhouse Coopers sekitar 1,6% – 1,9%,” tandas dia.(RA)