JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk (Persero) Tbk (ANTM), badan usaha milik negara di sektor pertambangan, akhirnya mendapatkan rekomendasi izin baru dari Direktorat Jendral Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk penambahan ekspor   nikel kadar rendah.
Arie Prabowo Ariotedjo, Direktur Utama Aneka Tambang atau Antam,  mengatakan izin diperoleh dari pemerintah seiring dengan komitmen perusahaan untuk membangun pabrik smelter di Halmahera Timur.
“Sudah keluar rekomendasi dari Ditjen Minerba, sekarang ke Kementerian Perdagangan untuk dapat izin. Sedikit kok, untuk smelter yang kita mulai bangun di Halmahera Timur itu 1,25 Juta Wet Metrik Ton (WMT). Itu tambahannya (ekspor).” kata Arie di Jakarta, Senin (24/10).
Menurut Arie, pembangunan smelter berjalan dengan lancar. Terdapat dua perusahaan yang saat ini tengah mengerjakan konstruksi,  yakni PT Wijaya Karya (Persero)  Tbk dan Kawasaki Heavy Industry. “Progresnya sudah mendekati hampir 20%,” tukas dia.
Arie mengatakan izin ekspor diperoleh untuk periode selama satu tahun. Antam pun optimistis dengan realisasi pertumbuhan ekspor, karena permintaan bijih nikel pada semester tahun ini juga positif. Terlebih harga ekspor bijih nikel sekarang sedang merangkak naik. “Demandnya sih bagus, harga lagi tinggi,” ungkap dia.
Hingga September, Antam telah mengekspor sekitar 1,9 juta WMT bijih nikel. Ini sudah melewati 50% dari kuota yang diberikan pemerintah sebesar 2,7 juta WMT.
“Kuota-nya 2,,7 juta WMT, sudah terjual 1,9 juta WMT per akhir September ke China, pasarnya di sana,” kata Arie.
Data Antam menyebutkan,  produksi bijih nikel perseroan sebagian besar digunakan untuk produksi feronikel. Pada semester I 2017 produksi feronikel Antam tercatat sebesar 9.327 ton nikel dalam feronikel (TNi) atau meningkat 12% dibanding capaian pada semester I 2016 sebesar 8.304 TNi.(RI)