JAKARTA – Seiring dengan membaiknya harga komoditas tambang, PT Aneka Tambang (Persero)  Tbk (ANTM)  memproyeksikan pendapatan hingga akhir 2017 akan lebih tinggi dibanding tahun lalu Apalagi perseroan sudah menyelesaikan beberapa perbaikan di pabrik, sehingga tingkat produksi dan penjualan  akan dapat  ditingkatkan.
“Hal ini diperkaya lagi dengan alokasi ekspor bijih nikel dan bijih bauksit yang telah Antam miliki saat ini, sehingga kami yakin akan dapat meningkatkan pendapatan Antam di akhir 2017 nanti,” kata Aprilandi Hidayat Setia, Sekretaris Perusahaan Antam, kepada Dunia Energi,  akhir pekan lalu.
Seiring dengan penurunan volume penjualan feronikel dan emas, pendapatan Antam pada semester I 2017 turun 28% menjadi Rp3,01 triliun, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp4,16 triliun.
Tidak hanya itu, Antam juga membukukan rugi bersih Rp496,12 miliar pada semester I 2017 dibanding periode yang sama tahun lalu yang membukukan laba bersih Rp11,02 miliar.

Laporan keuangan perseroan  menyebutkan Antam harus menanggung beban lain-lain hingga Rp248,34 miliar pada enam bulan pertama tahun ini dibanding periode yang sama tahun lalu yang membukukan penghasilan lain-lain Rp351, 61 miliar.

Bagian kerugian entitas asosiasi dan ventura bersama serta beban keuangan Antam juga tercatat meningkat signifikan. Akibatnya, perseroan harus menanggung rugi sebelum pajak Rp478,93 miliar dibanding semester I 2016 yang meraih laba sebelum pajak Rp100,9 miliar.

Menurut Aprilandi, kerugian Antam di period semester I tahun 2017, memang dikarenakan beberapa faktor seperti volatilitas harga komoditas yang berpengaruh terhadap nilai penjualan perseroan, depresiasi dari proyek perluasan pabrik feni pomalaa (P3FP) yang sudah mulai dihitung pada 2017 dan juga amortisasi dari anak perusahaan Antam.
“Selain itu, terdapat juga pengaruh dari volume penjualan yang menurun yang dikarenakan adanya jadwal pemeliharaan dan gangguan di fasilitas operasi Antam,” ungkap Aprilandi.
Di semester I 2017 volume produksi feronikel Antam  meningkat 12% menjadi 9.327 ton nikel dalam feronikel (TNi) dari 8.304 TNi di 1H16. Meski demikian, volume penjualan feronikel turun 4% menjadi 7.791 TNi dibandingkan penjualan 1H16 sebesar 8.092 TNi.
Penurunan volume penjualan feronikel merupakan imbas dari dilakukannya pekerjaan penggantian roof di Electric Smelting Furnace-3 (ESF-3) dan optimasi fasilitas produksi pabrik FeNi III yang memiliki kapasitas operasi 10.000 TNi per tahun.
Pekerjaan penggantian roof ESF-3 dan optimasi fasilitas produksi telah selesai dilakukan di pertengahan bulan Maret 2017 dan tingkat produksi pabrik feronikel di Pomalaa telah kembali berjalan optimal.
Penurunan volume penjualan juga disebabkan adanya kebijakan manajemen untuk melakukan ekspor feronikel di paruh kedua tahun 2017 seiring ekspektasi peningkatan harga nikel. Pada semester I 2017 harga rata-rata nikel mencapai US$4,55 per pon, sementara di awal September 2017 harga rata-rata nikel sudah mencapai US$5,43 per pon.
“Dengan adanya tren kenaikan harga nikel di paruh kedua tahun 2017, Antam optimis kris dapat meningkatkan volume penjualan dengan marjin yang menguntungkan,” ungkap Arie Prabowo Ariotedjo, Direktur Utama Antam.
Volume produksi emas Antam tercatat stabil dengan capaian 1.013 kg, dibandingkan produksi emas 1H16 sebesar 1.015 kg. Volume penjualan emas di 1H17 tercatat sebesar 3.298 kg atau turun 38% dibandingkan penjualan emas di 1H16 sebesar 5.392 kg.
Penurunan volume penjualan emas disebabkan oleh adanya gangguan fasilitas pemurnian logam mulia yang terjadi di awal tahun 2017 dan telah terselesaikan.
Perseroan akan meningkatkan penjualan di semester II tahun 2017 melalui penetrasi penjualan ekspor dan penjualan di dalam negeri.
Sampai dengan enam bulan pertama 2017, pengembangan perusahaan terus dilakukan dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian.
Progress Engineering, Procurement and Construction (EPC) Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) telah mencapai 11,7% sampai dengan bulan Juni 2017. Selain itu, Antam masih melanjutkan diskusi dengan PT INALUM (Persero) dalam rencana pengembangan proyek Smelter Grade Alumina ReBnery (SGAR).
Pada semester I 2017 Antam telah membelanjakan Rp811,7 miliar untuk keperluan investasi yang terdiri dari Rp93,6 miliar untuk investasi rutin, Rp713 miliar untuk investasi pengembangan dan Rp5,1 miliar untuk biaya ditangguhkan.
“Selama semester I 2017, Antam juga terus mengintensifkan beragam inisiatif efisiensi dan berhasil menghemat Rp10,8 miliar atau 60% dari target efisiensi 2017 sebesar Rp17,9 miliar. Upaya efisiensi yang dilakukan diantaranya efisiensi bahan baku/pembantu untuk kegiatan operasional di unit bisnis serta negosiasi kontrak dengan pihak ketiga,” tandas Arie.(RA)