JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), badan usaha milik negara di sektor pertambangan, akan menggiatkan upaya mencari sumber cadangan emas baru seiring makin menipisnya cadangan yang dimiliki. Selain mencari lokasi baru ditempat yang sebelumnya tidak ada kegiatan penambangan, perseroan juga siap mengakuisisi tambang emas.

Arie Prabowo Ariotedjo, Direktur Utama Antam, mengatakan saat ini setidaknya ada beberapa lokasi yang sedang dijajaki, yakni di salah satu lokasi dekat dengan tambang PT Freeport Indonesia dan IUP eksplorasi yang dimiliki Antam di Oxibil, Papua.

“Namun untuk lokasi yang satu itu tantangan terbesarnya dari sisi keamanan. Lokasinya dekat perbatasan dengan Papua New Gini,” ujar Arie saat acara buka puasa bersama jajaran direksi Antam dengan Editor Energy Society (E2S) di Jakarta, Rabu (14/6).

Menurut Arie, lokasi lainnya ada di Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Antam bahkan sudah bertemu dengan Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi. Hal ini karena kewenangan perizinan sudah menjadi kewenangan Gubernur dan setiap wilayah izin usaha pertambangan baru dilakukan lewat mekanisme lelang.

Selain itu, Antam juga bekerja sama dengan Newcrest Mining, perusahaan tambang asal Australia untuk melakukan kegiatan eksplorasi pada beberapa daerah di Indonesia. Newcrest Mining akan mendukung dengan pendanaan sementara Antam lewat anak usaha Geomin akan menyediakan geologi handal dalam melakukan kegiatan eksplorasi.

“Newcrest menyediakan dana dan kami menyediakan tenaga. Jika ditemukan cadangan dan kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi dan eksploitasi maka dana yang dikeluarkan akan dihitung sebagai pinjaman. Kalau tidak ditemukan cadangan maka dianggap hilang,” ungkap Arie.

Per akhir 2016, cadangan emas Antam tercatat sebesar 3,1 juta dry metric ton (DMT) dan sumber daya emas 3,3 juta DMT. Rata-rata usia tambang perseroan 8,6 tahun. Kondisi ini turun dibanding 2015 dengan jumlah cadangan 4,3 juta DMT dan rata-rata usia tambang 9,7 tahun. Cadangan emas Antam berasal dari Tambang Pongkor di Bogor, Jawa Barat dan Tambang Cibaliung di Banten.

Pada kuartal I 2017, Antam memproduksi emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung sebesar 594 kilogram atau 19.097 ounce, naik 24% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Namun pada kuartal II, yakni April-Mei, perseroan mengalami kendala operasional. Selain disebabkan adanya overhaul maintenance, adanya longsoran di Cibaliung membuat produksi emas turun.

“Jadi yang seharusnya kita produksi 75 kg per bulan, tercapai hanya 35 kg per bulan.  Jadi volume produksi semester I tahun ini akan dibawah tahun lalu,” kata Arie.

Komoditas emas merupakan kontributor terbesar pendapatan Antam. Dari total pendapatan kuartal I 2017 sebesar Rp1,65 triliun, 70% atau Rp1,16 triliun berasal dari penjualan emas.(ES/AT)