Floating Transfer Unit (FTU) baru milik ADRO yang beroperasi di pelabuhan Taboneo.

Floating Transfer Unit (FTU) baru milik ADRO yang beroperasi di pelabuhan Taboneo.

JAKARTA – Perusahaan energi teringrasi PT Adaro Energy Tbk, tahun ini berencana memproduksi 54 – 56 juta ton batubara. Untuk itu, emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia dengan kode ADRO ini, telah menyiapkan capital expenditure (capex) atau belanja modal sebesar USD 200 – 250 juta sepanjang 2014.  

Hal ini diungkapkan Cameron Tough, Head of IR & Corporate Secretary ADRO, dalam ringkasan Laporan Aktivitas Kuartalan Adaro Energy untuk kuartal keempat tahun 2013, yang dipublikasikan pada Selasa, 4 Februari 2014. Laporan yang disampaikan, berfokus pada kegiatan operasional, pengembangan usaha, aktivitas eksplorasi, dan aktivitas lainnya.

Cameron menuturkan, sepanjang kuartal keempat 2013, ADRO mencatatkan volume produksi batubara kuartalan tertinggi kedua, mencapai 13,59 juta ton (million tones/MT). Produksi kuartal IV – 2013 ini, membawa ADRO mencapai rekor tertinggi produksi batubara sebesar 52,27 MT pada 2013. Meningkat 11% year-over-year (y-o-y) dan memenuhi panduan tahun 2013 sebesar 50-53 MT.

Selain itu, ujarnya, sepanjang Kuartal IV – 2013, ADRO juga mencatat rekor penjualan kuartalan sebesar 14,36 MT karena dukungan permintaan yang tinggi untuk batubaranya. Total volume batubara yang berhasil dijual ADRO sepanjang 2013 adalah 53,47 MT, naik 10% dibanding tahun sebelumnya.

Masih di 2013, kata Cameron, ADRO telah memindahkan 294,86 juta bcm (million bcm/Mbcm) lapisan penutup,  pada tahun 2013 atau turun 11% y-o-y. ADRO juga berhasil menurunkan nisbah kupas, tanpa menggangu rencana tambang jangka panjang. Keberhasilan ini berkat investasi yang dilakukan untuk meningkatkan nisbah kupas pada saat harga batubara lebih tinggi.

Yang tak kalah menggembirakan, lanjut Cameron, pada 2013 Japan Credit Rating Agency, Ltd (JCR) menetapkan peringkat BBB- Rating untuk Adaro Indonesia (anak usaha ADRO yang bergerak di bidang penambangan batubara, red). Sedangkan Fitch dan Moody, menetapkan peringkat masing-masing BB+ dan Ba1 untuk Adaro Indonesia.

“Untuk tahun 2014, Adaro tetap berfokus untuk menjaga kehandalannya dalam memasok pelanggan, melanjutkan peningkatan efisiensi operasional dan mempertahankan neraca yang kokoh,” ucapnya.

Cameron pun menjelaskan tentang rencana jangka panjang ADRO di 2014. Yakni volume produksi digenjot 54 – 56 juta ton. “Namun  rencana produksi batubara di 2014, ini masih menunggu persetujuan dari pemerintah,” tukasnya.

Sedangkan untuk biaya kas (tidak termasuk royalti) ADRO mematok USD 35 – 38 per ton. Nisbah kupas 2014 direncanakan 5,78x, dan EBITDA ditargetkan sebesar USD 750 juta – USD 1 miliar. “Untuk mencapai target-target di atas, ADRO pun telah menyiapkan capex sebesar USD 200 juta – USD 250 juta,

(Abraham Lagaligo / abrahamlagaligo@gmail.com)