JAKARTA – Pembangunan jaringan gas kota, program converter kit kepada nelayan, pembamgkit listrik dengan gasifikasi batu bara, pembangkit listrik tenaga sampah serta penghematan biaya operasional adalah lima sektor yang anggarannya akan dipangkas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

“Kami ingin menampilkan ringkas tentang pemotongan pagu anggaran sebesar Rp291,59 miliar. Mengingat dari usulan yang dikurangi itu, kami yakin tidak akan mengganggu Kementerian ESDM, mengingat banyak persiapan yang dilakukan” kata Ignasius Jonan, Menteri ESDM dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Kamis (20/10).

Jaringan gas rumah tangga yang menjadi tanggung jawab direktorat minyak dan gas adalah salah satu sektor yang menjadi sasaran pengetatan anggaran cukup besar. Pembangunan jargas dikurangi 15.500 sambungan rumah tangga (SR) dari semula 69.200 SR menjadi 53.700 SR. Ini dengan pertimbangan, belum tentu jargas yang dikerjakan semua dapat selesai dalam satu tahun anggaran ke depan. Dengan distribusi menjadi Musi dan Banyuasin 10 ribu SR; Muara Enim dan Pali 10 ribu SR; Pekanbaru 3.200 SR, eksisting 4.000; Bontang pengembangan 6.000 eksisting 4.000 SR; Bandar Lampung 10 ribu SR; Mojokerto 10 ribu SR; dan Samarinda 4.500 SR.

Menurut Jonan dari hasil evaluasi Ditjen migas atas pemotongan anggaran agar daerah yang dibangun itu dapat masuk skala keekonomian minimum 10.000 SR.“Jadi distribusi gasnya apabila sambungan gasnya untuk rumah tangga sudah dilakukan, sesegara mungkin harus ada distribusi gas,” kata dia

Untuk converter kit nelayan tersebar di Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Sulawesi Selatan, Banten, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Sulawesi Barat, Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.

“Anggarannya yang semula Rp 100 miliar dipotong menjadi Rp55 miliar. Jadi pemotongan ini sebanyak 4.400 unit, semula 28.000 menjadi 24.000,” ungkap Jonan.

Jonan mengungkapkan pengembangan PLT gas batu bara ditunda 2018 mengingat banyak hal persiapan pembangunan yang perlu dilakukan.“Takutnya kalau di 2017 itu tidak terserap sama sekali karena banyak persiapan yang dilakukan untuk pembangunan. Karena ini multi years,” tandas dia.(RI)