JAKARTA-PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS), perusahaan induk yang bergerak di sektor industri peledakan komersial dan jasa pengeboran minyak dan gas bumi, memproyeksikan kenaikan pendapatan usaha tahun ini sebesar 10% atau sekitar US$ 176 juta dibandingkan proyeksi tahun lalu sebesar US$ 160 juta kendati diproyeksikan tak sesuai target. Target tersebut dinilai realistis karena sepanjang tahun lalu harga komoditas turun yang menyebabkan laju bisnis Ancora tersendat sehingga target yang dicanangkan awal tahun tidak tercapai.

“Tahun lalu adalah periode yang berat bagi para pelaku industri pertambangan minyak, seperti Ancora Resources karena harga minyak dunia tahun lalu sempat jeblok di bawah US$50 per barel. Kondisi ini memengaruhi pendapatan Ancora, yang mengandalkan bisnis pengeboran minyak dan perawatan sumur minyak,” kata Charles D Gobel, Direktur Utama Ancora Indonesia.

Dengan mulai membaiknya harga minyak, yang kini berada di level US$ 50-an per barel, perseroan memproyeksikan pertumbuhan positif. Kendati begitu, menurut Charles, Ancora tidak akan ekspansi besar-besaran pada tahun ini.

“Justru kami bakal memaksimalkan utilitas dari pabrik serta dari rig pengeboran yang ada, termasuk penyiapan belanja modal berkisar US$ 1 juta-US$ 2 juta,” katanya.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi perseroan hingga kuartal III 2016, penjualan perseroan tercatat turun 36% dari US$ 124,9 juta menjadi US$ 79,32 juta dikontribusikan oleh penurunan penjualan MNK, anak usaha Ancora, sebesar 28%. Laba kotor juga turun 41% dari US$ 16 juta menjadi US$ 9,58 juta. Perseroan membukukan rugi bersih yang naik 30% dari US$ 4,5 juta menjadi US$ 5,9 juta.

Di sisi lain, perseroan mencatatkan utang usaha naik 7%, terutama dikontribusikan oleh peningkatan utang usaha Bormindo, anak usaha perseroan, sebesar 3,5%. Sementara itu, total ekuitas pemegang saham turun 27% terutama disebabkan oleh rugi bersih konsolidasi selama 2016. (DR)